Rabu, 09 Oktober 2013

MARAH DALAM SENYUMAN



Tadi pagi, kuliah masuk pukul 7 mata kuliah Metabolisme dan pengendalian pertumbuhan tanaman. Mula-mulanya biasa saja seperti kuliah hari sebelumnya.  Dalam kesibukan saya menerjemahkan rumus-auksin melalui buku Advanced Plant Physiology tiba-tiba saja nada suara sang dosen meninggi, selang beberapa detik kemudian tersenyum sambil mempersilahkan pelaku kegaduhan untuk keluar.

Saya duduk paling belakang sendiri ditemani ransel, ultrabook, dan buku setebal 5 cm.  beberapa menit yang lalu saya memang agak risih melihat kelakuan teman-teman satu deret didepan saya Ardian, Sipri dan tista. Tapi karena sibuk mengira-ngira beberapa terjemahan kata dalam buku akhirnya kelakuan mereka tidak saya hiraukan.  Belakangan baru saya ketahui ternyata mereka sedang bermain pesan berantai melalui secarik kertas dari bangku ke bangku bertiga.


Sang dosen bernama Prof. Tohari.  Senior dikalangan para dosen,  Berumur, dan necis dalam gaya bahasanya.  Saya sebenarnya sangat senang dengan cara beliau menyajikan perkuliahan menggunakan pendekatan sistem berfikir.  Hari pertama kuliah beliau pada 4 minggu yang lalu saya jadi faham tentang bagaimana sistem pertanian itu bekerja.  Pada setiap akhir pertemuan beliau selalu berpesan untuk senantiasa mengevaluasi setiap subsistem yang telah dipetakan dalam sebuah sistem berfikir.

Kesal sekaligus jengkel dengan beberapa teman yang gaduh, namun bangga dengan sikap dosen yang bukan hanya tua dalam umur tetapi matang dalam bersikap.  Kemarahan yang tampak sebagai raja bertahtakan kebijaksanaan telah beliau tunjukkan dalam kuliah pagi tadi.  Hanya dengan beberapa ucapan lalu dilanjutkan dengan senyum, kemarahan beliau membathin dalam hati sanubari saya.

Ketika kelas berakhir, riuh gaduh saling menyalahkan.  Walau mereka tidak jadi dikeluarkan dari ruang kuliah tetapi sesungguhnya mereka telah merasa dilempar oleh tangan kuat superman melampaui 9 orbit planet dalam gugusan galaksi bima sakti.  Mereka tak beridentitas lagi dalam makna pada perkuliahan pagi tadi.

Prof tohari setiap sebelum meninggalkan kelas selalu berpesan untuk senantiasa membuat kerangka sistem dalam setiap buku yang hendak dibaca.  Itu masukan berarti bagi saya karena memperkuat metode yang saya terapkan selama ini dalam membaca, namun beliau menambahkan bukan hanya buku, bahkan seluruh alam ini jika ditaddabburi berarti menyusun sebuah sistem berfikir tentang alam, tentang apa saja yang ada dialam.  Ini tambahan baru bagi saya dengan istilah “ mensistematisasi alam”

Mungkin pemahaman itulah yang membuat beliau senyum dalam marahnya.  Menjadikan mahasiswanya yang sempat gaduh sebagai sebuah subsistem yang mengalami error dan perlu dievaluasi.  Setelah kemarahan itu saya merasakan energi yang berbeda dari beliau dalam menyampaikan materi perkuliahan,  beliau tampaknya mengevaluasi kegaduhan itu sebagai kegagalan proses proses sebelumnya, proses kuliah hari-hari sebelumnya, kesenjangan mungkin saja  terjadi.

Beliau lalu lebih mentenagai perkuliahannya dalam fisik yang tampak renta namun wajah yang lebih fresh, itu pertama kali saya melihat beliau mengambil spidol dalam 4 minggu terakhir dan menjelaskan secara elegan rumus molekul auksin berupa cincin indol yang memiliki unsur Nitrogen .  yah beliau menekankan pada Cincin Indol dan Unsur N yang melekat didalamnya.  Kemudian beliau lanjutkan dengan rumus-rumus kesetimbangan lengas tanah, kurva perubahan curah hujan berdasar waktu dan lain sebagainya yang menjelaskan subsitem dari sistem yang telah beliau paparkan sebelumnya.  Inspiratif dan membuat saya berniat membaca ulang buku editorial Malcolm B Wilkins yang menjadi buku pegangan dari kuliah hari ini.

Sekarang pukul 22:19, Barusan saja saya menerima pesan singkat dari Tista si pelaku kegaduhan yang diusir keluar oleh sang dosen pagi tadi.  Ia bukannya merasa bersalah tetapi malah melimpahkan kesalahan pada ardian yang duduk sederet dibalakangnya.  Dan saya membalas dengan tulisan SMS seperti ini:

“Ooouuuwwwwwww ternyata waktu ditembak, situ menghindar trus peluru lanjut ke belakangmu, dibelakangmu ada ardian, trus ardian ngeles lagi sementara pelurunya terus saja ke arah belakang.  Dibelakang ada saya.  Kayaknya saya kena deh soalnya ada noktah merah dibaju putihku.  Seandainya saya ngeles pasti kena tembok.  Haha itulah gambaran suasana hatiku tadi pagi waktu didamprat. qqqqq”

Yogyakarta 9 Oktober 2013

Inspirasi dari bangku kelas paling belakang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar