Tadi pagi, kuliah masuk pukul 7
mata kuliah Metabolisme dan pengendalian pertumbuhan tanaman. Mula-mulanya biasa saja seperti kuliah hari
sebelumnya. Dalam kesibukan saya
menerjemahkan rumus-auksin melalui buku Advanced Plant Physiology tiba-tiba
saja nada suara sang dosen meninggi, selang beberapa detik kemudian tersenyum
sambil mempersilahkan pelaku kegaduhan untuk keluar.
Saya duduk paling belakang sendiri
ditemani ransel, ultrabook, dan buku setebal 5 cm. beberapa menit yang lalu saya memang agak
risih melihat kelakuan teman-teman satu deret didepan saya Ardian, Sipri dan
tista. Tapi karena sibuk mengira-ngira
beberapa terjemahan kata dalam buku akhirnya kelakuan mereka tidak saya
hiraukan. Belakangan baru saya ketahui
ternyata mereka sedang bermain pesan berantai melalui secarik kertas dari
bangku ke bangku bertiga.
Sang dosen bernama Prof. Tohari. Senior dikalangan para dosen, Berumur, dan necis dalam gaya bahasanya. Saya sebenarnya sangat senang dengan cara beliau menyajikan perkuliahan menggunakan pendekatan sistem berfikir. Hari pertama kuliah beliau pada 4 minggu yang lalu saya jadi faham tentang bagaimana sistem pertanian itu bekerja. Pada setiap akhir pertemuan beliau selalu berpesan untuk senantiasa mengevaluasi setiap subsistem yang telah dipetakan dalam sebuah sistem berfikir.
Kesal sekaligus jengkel dengan
beberapa teman yang gaduh, namun bangga dengan sikap dosen yang bukan hanya tua
dalam umur tetapi matang dalam bersikap.
Kemarahan yang tampak sebagai raja bertahtakan kebijaksanaan telah
beliau tunjukkan dalam kuliah pagi tadi.
Hanya dengan beberapa ucapan lalu dilanjutkan dengan senyum, kemarahan
beliau membathin dalam hati sanubari saya.
Ketika kelas berakhir, riuh gaduh
saling menyalahkan. Walau mereka tidak
jadi dikeluarkan dari ruang kuliah tetapi sesungguhnya mereka telah merasa
dilempar oleh tangan kuat superman melampaui 9 orbit planet dalam gugusan
galaksi bima sakti. Mereka tak
beridentitas lagi dalam makna pada perkuliahan pagi tadi.
Prof tohari setiap sebelum
meninggalkan kelas selalu berpesan untuk senantiasa membuat kerangka sistem
dalam setiap buku yang hendak dibaca.
Itu masukan berarti bagi saya karena memperkuat metode yang saya
terapkan selama ini dalam membaca, namun beliau menambahkan bukan hanya buku,
bahkan seluruh alam ini jika ditaddabburi berarti menyusun sebuah sistem
berfikir tentang alam, tentang apa saja yang ada dialam. Ini tambahan baru bagi saya dengan istilah “
mensistematisasi alam”
Mungkin pemahaman itulah yang
membuat beliau senyum dalam marahnya.
Menjadikan mahasiswanya yang sempat gaduh sebagai sebuah subsistem yang
mengalami error dan perlu dievaluasi.
Setelah kemarahan itu saya merasakan energi yang berbeda dari beliau
dalam menyampaikan materi perkuliahan,
beliau tampaknya mengevaluasi kegaduhan itu sebagai kegagalan proses
proses sebelumnya, proses kuliah hari-hari sebelumnya, kesenjangan mungkin
saja terjadi.
Beliau lalu lebih mentenagai
perkuliahannya dalam fisik yang tampak renta namun wajah yang lebih fresh, itu
pertama kali saya melihat beliau mengambil spidol dalam 4 minggu terakhir dan
menjelaskan secara elegan rumus molekul auksin berupa cincin indol yang
memiliki unsur Nitrogen . yah beliau
menekankan pada Cincin Indol dan Unsur N yang melekat didalamnya. Kemudian beliau lanjutkan dengan rumus-rumus
kesetimbangan lengas tanah, kurva perubahan curah hujan berdasar waktu dan lain
sebagainya yang menjelaskan subsitem dari sistem yang telah beliau paparkan
sebelumnya. Inspiratif dan membuat saya
berniat membaca ulang buku editorial Malcolm B Wilkins yang menjadi buku
pegangan dari kuliah hari ini.
Sekarang pukul 22:19, Barusan
saja saya menerima pesan singkat dari Tista si pelaku kegaduhan yang diusir
keluar oleh sang dosen pagi tadi. Ia
bukannya merasa bersalah tetapi malah melimpahkan kesalahan pada ardian yang
duduk sederet dibalakangnya. Dan saya membalas
dengan tulisan SMS seperti ini:
“Ooouuuwwwwwww ternyata waktu
ditembak, situ menghindar trus peluru lanjut ke belakangmu, dibelakangmu ada
ardian, trus ardian ngeles lagi sementara pelurunya terus saja ke arah
belakang. Dibelakang ada saya. Kayaknya saya kena deh soalnya ada noktah
merah dibaju putihku. Seandainya saya ngeles
pasti kena tembok. Haha itulah gambaran
suasana hatiku tadi pagi waktu didamprat. qqqqq”
Yogyakarta
9 Oktober 2013
Inspirasi dari bangku
kelas paling belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar