Selasa, 15 Oktober 2013

Mengelola Banjir Bandang di Negeri Seribu Warna Pelangi



Kisah Sukses Penanganan Banjir Bandang di Desa Jurumapin
Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa NTB

http://green.kompasiana.com/iklim/2013/10/15/mengelola-banjir-bandang-di-negeri-seribu-warna-pelangi-599142.html

Ilustrasi Banjir Bandang


Jurumapin merupakan sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat.  Sebagai desa yang terletak di kaki Gunung Puncak Ngengas, keindahan Desa Jurumapin menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong karena dihimpit oleh banyak perbukitan dan hutan durian yang rasa khasnya menggiurkan.  Dikala hujan gerimis pada sore hari, bidadaripun turun dari kayangan bersama pelangi.  Itulah mengapa desa ini disebut sebut sebagai Negeri Seribu Warna Pelangi.
            Keasrian dan keindahan Negeri Seribu Warna Pelangi tidak menjadi jaminan bahwa para dewata akan senantiasa menjaganya dari musibah, 30 tahun silam desa ini pernah menjadi sasaran banjir bandang yang meluluhlantakkan banyak fasilitas dan memakan korban jiwa. Kejadiannya begitu mengerikan ditambah dengan dukungan penanganan bencana yang buruk.  Penderitaan menyengsarakan rakyat bahkan berlanjut selama beberapa tahun setelah bencana itu terjadi.
Dari kejadian 30 tahun lalu itu sebenarnya masyarakat bersama pemerintah harusnya telah melakukan banyak program penanganan Pra Bencana berupa Manajemen resiko, pencegahan dan mitigasi, serta kesiap-siagaan.  Manajemen resiko setidaknya dengan ketersediaan peta dampak banjir didaerah bantaran sungai,  untuk pencegahan diupayakan relokasi warga bantaran sungai ke tempat yang lebih aman agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan ketika banjir bandang terjadi, kesiap-siagaan bisa berupa data-data primer yang up to date untuk dianalisa secara cepat jika gejala-gejalanya sudah memungkinkan akan terjadinya banjir.  Beruntunglah teknologi informasi terkini telah mampu mengcover banyak hal dalam penyusunan strategi penanganan banjir bandang saat tahun baru itu.

Karena saat itu banjir datang secara tiba tiba ditengah malam buta, maka penanganan tanggap darurat harus dilaksanakan dengan kondisi apapun.  Akses jalan untuk masuk ke desa tersebut sangat lancar dan tidak menjadi kendala apapun. 1 Januari 2011 dini hari pukul 03:00 Agusta (40) yang bekerja sebagai penambang emas di Kecamatan Lape (berjarak 80 Km dari Desa Jurumapin) menerima kabar buruk dari tetangga rumahnya, bahwa kampung halamannya dilanda banjir bandang, rumah dan istrinya hanyut tenggelam dalam derasnya arus malam itu.  sontak Agusta tancap gas pulang ke rumah.
Sesampainya dikampung halaman, Agusta tidak lagi menemukan rumahnya yang berada tepat dibantaran sungai jurumapin, begitu pun rumah tetangga yang menghubunginya malam itu.  Sesaat, kesedihan yang mendalam ia rasakan, untunglah anaknya dititipkan dirumah nenek sehingga selamat dari terjangan banjir bandang.
Melihat fenomena berulang itu seharusnya telah ada upaya persiapan yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan bencana yang akan terjadi.  Kepiluan itu menjadi pelajaran penting bagi masyarakat Desa Jurumapin, sehingga Kado Tahun Baru 2011 menjadi momentum penanganan bencana komprehensif yang dapat diteladani bagi wilayah lain di NTB, Indonesia bahkan Dunia.
Sebagai seorang petugas pPnyuluh Pertanian Lapangan yang bertugas di Kecamatan Buer, setidaknya ada beberapa fakta yang berhasil direka ulang dalam kejadian banjir bandang di Desa Jurumapin 1 januari 2011 tersebut.
Pada sehari sebelumnya (Tgl 31 desember 2010), Pengamat Hama Tanaman Kecamatan Buer, Sujito (45) menginformasikan kepada penulis melalui Layanan Pesan Singkat bahwa curah hujan di Kecamatan Buer mulai meningkat semenjak 3 hari sebelumnya dan hendak mendiskusikannya dengan penulis jikalau menjadi ancaman timbulnya banjir bandang dalam waktu dekat.
 Informasi itu sungguh tepat dari perkiraan pak Sujito, namun karena beliau ragu untuk melaporkannya pada pihak terkait sebagai peringatan dini, pembicaraan itu kemudian berhenti sampai disitu.  Penulis berjanji menemuinya tanggal 1 siang setelah pulang dari tempat liburan tahun baru di Kecamatan Sekongkang Sumbawa Barat (120 km dari Kecamatan Buer).
Tengah malam tanggal 31 Desember 2010 menjelang puncak peringatan Pergantian Tahun Baru 2010 ke 2011, ketinggian air di jembatan jalan negara, Desa Labuan Burung, dan Buin Baru yang terletak di hilir Sungai Jurumapin meninggi sehingga kemacetan tak dapat terhindarkan (Penuturan Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Buer, Irwan Tarmizi (49)yang kebetulan melewati jalan itu). selaku Kepala Balai Penyuluhan Pertanian beliau meneruskan informasi itu kepada semua penyuluh Kecamatan Buer untuk bersiap siaga malam itu juga.  Suasana menjadi tegang.
Keesokan paginya pukul 5 dinihari usai sholat subuh penulis bergegas menuju lokasi memenuhi seruan Kepala Balai dan menunaikan janji dengan pak sujito, penulis tiba tepat pukul 09:00 dilokasi.  Hiruk pikuk kengerian masih terasa terutama yang bermukim diseputaran bantaran sungai 3 desa Jurumapin, Kalabeso dan Tarusa.
Petugas penanganan bencana berbaju orange senantiasa menghimbau agar warga menenangkan diri.  Dalam hiruk pikuk yang mulai reda, telah berkumpul banyak lembaga dengan berbagai seragam, kendaraan, dan perlangkapannya masing-masing.  Tenda darurat telah dibangun, dapur umum telah melayani sarapan pagi, data cepat telah terkumpul.  Lalu ada pengumuman lagi bahwa rapat segera dimulai.
Dipapan tulis telah tersedia banyak peta, citra satelit, data kerusakan, data korban jiwa, data bangunan strategis yang dapat dijadikan pengungsian korban, data lembaga yang telah terdaftar dapat tanggap darurat, nama warga sebagai penunjuk jalan pencarian korban, struktur organisasi posko, dan daftar peralatan yang tersedia yang dapat digunakan.  Bahkan bagan kolom  kegiatan dalam masa tanggap darurat telah siap, tinggal ditulisi.
Usai rapat semua peserta merasa puas.  Mereka telah mengetahui seberapa besar kekuatan banjir bandang yang menimpa kampung halaman 3 desa, seberapa besar perkiraan kerusakan infrastruktur, rumah, tanaman, hewan, dan usaha masyarakat lainnya.  Semua pihak dipersilahkan berbicara secara efektif jika ada yang ingin ditambahkan.  Pak sujito turut ambil bagian dalam pembicaraan itu.
Rapat itu sungguh hebat.  Terkoordinasi lintas profesi, lintas hoby, lintas kelas sosial, lintas tingkatan pemerintahan.  Petani, pejabat, kuli, pedagang, peternak, pegawai, tentara, polisi, BPBD kabupaten dan propinsi, BNPB, semuanya bahu membahu memberikan yang terbaik untuk penanganan banjir.  Seharusnya seperti inilah Indonesia dibangun.
Ditanah kosong dekat posko mulai berdatangan bantuan dari mobil berwarna merah, kuning, hijau, orange, putih, biru untuk menyumbangkan sekedarnya dalam membantu meringankan derita yang dialami warga.  Posko senantiasa mencatat asal bantuan, bentuk bantuan, dan komitmen yang akan dibantu dimasa yang akan datang.
Pukul 10:30 pencarian dimulai setelah air benar-benar surut dari kemarahannya.  Dalam pencarian itu ditemukan banyak perabotan rumah yang hanyut didasar sungai.  Pada sore harinya istri pak Agusta ditemukan tertelungkup tanpa busana dipinggir sungai dekat Desa Labuan Burung.  Sebelumnya sarung yang digunakannya sebelum hanyut ditemukan tertambat pada akar pohon beberapa ratus meter dari lokasi penemuannya.
Jenasah itu kemudian dibungkus, ditangani dengan baik untuk dibawa ke perkampungan.  Kendaraan jenasah telah siap dipinggir jalan untuk menjemputnya tidak jauh dari lokasi ditemukannya.  Dengan ditemukannya satu orang korban, ketegangan mulai menurun dan kelelahan mulai terasa.  Posko mengumumkan agar semua warga yang tidak mendapatkan tugas untuk beristirahat sehingga kekuatannya segera pulih.
Sore harinya menjelang malam banyak alat berat yang berdatangan, alat berat tersebut merupakan alat yang akan digunakan untuk normalisasi sungai jurumapin yang rusak berat akibat banjir bandang pada dini hari itu.  beberapa tentara dan operator mengawal jalannya operasi alat berat berupa ekskapator, silinder fibro, kato, truk dan lain sebagainya.  Setelah bekerja beberapa jam untuk membuat tanggul darurat hingga batas aman, pekerjaan dihentikan untuk beristirahat.
Keesokan harinya beberapa pejabat teras propinsi hendak datang, menyusul peninjauan langsung yang dilakukan bupati Sumbawa pada hari pertama tanggap darurat.  Pejabat Propinsi diwakili oleh Wakil Gubernur H.M. Badrul Munir, datang menggunakan helikopter untuk sekaligus meninjau langsung perkembangan keadaan pasca banjir.  Dalam sambutannya beliau berjanji akan menjadikan penanganan bencana dalam banjir kali ini sebagai penanganan terbaik ditingkat nasional.
Tanggap darurat telah selesai masanya selama kurang lebih 7 hari, dan kehidupan masyarakat mulai tampak normal kembali.  Sesuai dengan janji Bupati dan Wakil Gubernur tahap penanganan selanjutnya terus dilanjutkan pada tahap pemulihan.
Instalasi listrik dipulihkan kembali, sarana infrastruktur pengairan sawah direhab sedemikian rupa agar berfungsi seperti semula, air bersih berupa sumur yang kotor dikuras dan diberikan obat pembunuh kuman.
Dalam rangka rehabilitasi tempat tinggal, atas inisiatif warga dan pemerintah daerah, pembangunan rumah sebagai tempat relokasi korban yang rumahnya hanyut terbawa arus sungai pun dimulai.  Lokasinya sangat strategis.  Tanah miring yang letaknya diketinggian, dekat dengan kebun, hutan, terjangkau listrik, dan dekat dengan lokasi wisata agrotamase.  Penerima bantuan rumah sangat senang mendapatkan tempat tinggal yang layak dan strategis tersebut. 
Lapangan sebagai tempat beraktifitas sosial telah seperti sediakala, petani telah dapat memanen padi yang sempat terendam banjir selama semalam, kandang kambing dan sapi yang rusak kembal di perbaiki.  Bahkan ada bantuan sapi bagi warga yang sapinya hanyut dibawa banjir.
Tahap rekonstruksi dilakukan dalam banyak hal selama 2 tahun pasca terjadinya bencana banjir bandang tersebut.  Penulis dalam kapasitasnya sebagai Penyuluh Pertanian di Kecamatan Buer melihat begitu banyak kepedulian berbagai instansi dalam menangani kecamatan buer pasca banjir bandang.  Masing-masing SKPD baik Kabupaten, propinsi dan kementerian menurunkan program-program jangka panjang agar masyarakat dapat kembali hidup seperti sediakala dan siap mengelola jika banjir itu datang kembali.
Untuk SKPD lingkup pertanian dan peternakan begitu banyak bantuan yang gelontorkan.  Berbagai komoditi berbagai program unggulan.  Kambing, sapi, benih padi, benih jagung, pupuk pertanian dan masih banyak lagi yang diterima dari SKPD lain.
Akhirnya bencana mengajarkan manusia pada kearifan,  setiap apa yang dilakukan manusia kepada alam akan mendapatkan hal serupa sebagai konsekuensi dari apa yang telah dilakukan oleh dirinya sendiri.  Penebangan hutan, pemanasan global, La Nina bisa jadi banyak hal penyebab kemarahan alam kepada manusia dalam bentuk banjir.  Menyikapi keadaan demikian patutlah  manusia bersiap diri dengan sistem managemen bencana yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar