Sekarang saya tinggal di Yogyakarta, terkait dengan naiknya harga kedelai saya melihat bahwa kehidupan sehari-hari masyarakat jawa banyak yang mengkonsumsi tempe. Tempe telah menjadi menu wajib yang harus ada dimeja makan. Begitu pula dengan orang jawa yang ada dikampung halaman saya SumbawaNusa Tenggara Barat, mereka telah hidup dan besar dengan mengkonsumsi tempe. Jika kepada mereka ditanyakan mana yang lebih bergizi antara tempe dengan daging ayam? Tentulah mereka menjawab daging ayam, tetapi jika ditanyakan mana yang lebih enak antara tempe dengan daging ayam, maka mereka akan segera mengkonversi kata “enak”tadi dalam kepala mereka menjadi kata “murah”, lalu segera mereka menjawab tempe. Nah seperti itulah masyarakat kita, menjatuhkan pilihan pada sesuatu karena harganya yang murah, kemudian karena keseringan mengkonsumsi pilihan tersebut, mereka kemudian menyukainya. Bahkan dari “suka” ini kemudian berkembang menjadi “fanatik”.
Sabtu, 14 September 2013
Sekarang saya tinggal di Yogyakarta, terkait dengan naiknya harga kedelai saya melihat bahwa kehidupan sehari-hari masyarakat jawa banyak yang mengkonsumsi tempe. Tempe telah menjadi menu wajib yang harus ada dimeja makan. Begitu pula dengan orang jawa yang ada dikampung halaman saya SumbawaNusa Tenggara Barat, mereka telah hidup dan besar dengan mengkonsumsi tempe. Jika kepada mereka ditanyakan mana yang lebih bergizi antara tempe dengan daging ayam? Tentulah mereka menjawab daging ayam, tetapi jika ditanyakan mana yang lebih enak antara tempe dengan daging ayam, maka mereka akan segera mengkonversi kata “enak”tadi dalam kepala mereka menjadi kata “murah”, lalu segera mereka menjawab tempe. Nah seperti itulah masyarakat kita, menjatuhkan pilihan pada sesuatu karena harganya yang murah, kemudian karena keseringan mengkonsumsi pilihan tersebut, mereka kemudian menyukainya. Bahkan dari “suka” ini kemudian berkembang menjadi “fanatik”.
Kamis, 12 September 2013
Mencari
model baru perlindungan kesehatan keluarga di Indonesia.
Sharing ideas on how to be wealthy, healthy, and happy.
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
Sharing ideas on how to be wealthy, healthy, and happy.
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
Nama beliau Ti’no,
tepatnya Nenek Ti’no, tinggal di Desa Ara Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan. Sejak 15 tahun yang lalu saya
tidak pernah lagi berjumpa dengan beliau yang kini telah berumur sekitar 100 tahun, namun beliau masih sehat
wal’afiat. Beliau memiliki tiga orang
putra dan dua orang putri, membesarkan
anak-anaknya sendiri sebagai orang tua tunggal setelah ditinggal terlebih
dahulu oleh sang suami menghadap sang Ilahi, memang menjadi tugas berat yang
harus diembannya. Suaminya meninggal disaat anak-anak mereka masih kecil,
tugas membesarkan anak dijalaninya dengan hati yang lapang dan tak
pernah putus asa. Beliau adalah Ibu
dari Bapak kandung saya, alias Nenek saya.
Sendiri membesarkan
anak berjumlah 5 orang tentulah tidak mudah,
terlebih sang suami belum sempat mewariskan tanah dan lahan untuk
berusaha. Segala daya upaya dilakukan
dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang
berguna. Namun bagaimana melaksanakan
peran itu dalam keterbatasan ekonomi ,
hingga beliau dan anak-anaknya mampu bertahan hidup hingga sekarang, Bahkan
umur beliau dianggap sebagai umur yang tak lazim bagi kebanyakan orang.
Selasa, 10 September 2013
Sebuah
harapan dalam penyelenggaraan Miss World 2013
Perhelatan Miss World 2013
Kontestasi pemilihan Putri Dunia 2013 baru saja dibuka
dengan megahnya, dalam hingar bingar kemeriahan
itu saya bertanya-tanya akan seperti apa wajah Putri Dunia yang menjadi duta
perempuan itunantinya. Wajah yang saya
maksudkan bukanlah dalam bentuk fisik berupa batang hidung, lekuk kuping,
ataupun rekahan bibir. Tetapi wajah yang
saya maksud lebih menyangkut tentang kualitas visi dan talenta seorang putri
terpilih nantinya.
Dari negara asalnya, para kontestan telah menjalani berbagai
macam tempaan dan ujian. Entah apakah
setiap negara itu benar benar menjaring seorang putri karenabhaktinya kepada
kemanusiaan dan lingkungan atau tidak?Apakah putri tersebut memiliki karya yang
layak dipertandingkan denganbanyak karya putri bangsalain atau tidak? Ataukah ajang ini dinegara asal para
kontestan,hanyalah kontes kecantikan fisik semata?
Minggu, 08 September 2013
Pernah sekali aku melihatnya dimuka pintu sekretariat HmI
Komisariat Sosial Politik Universitas Gadjah Mada. Pria berbadan tinggi, kurus, muka belepotan,
rambut memerah, tak pernah mandi, jaket kumal dan bau asbak rokok itu
menggandeng seorang wanita berparas cantik, wangi, bersih, dan sopan. Sontak hatiku menilai bahwa kejadian
penggandengan itu antara dua insan yang tidak sepadan.
Sabtu, 07 September 2013
Kisah Guru Inspiratif 2013
Terik pada juli tahun 1997, Kota Kupang
seperti berada didalam tungku oven tembakau 40 derajat celcius. Ini adalah puncak terkering dalam musim
kemarau tanpa hujan setetespun. Kemarau
dikota kupang adalah yang terpanjang dari seluruh tempat di negeri kita, mencapai 8 bulan dari April hingga November
setiap tahunnya. Tanah yang masih
dibonggoli sisa panen padi membelah lebar,
pepohonan serasa hendak membungkuk mencari peneduh,salib-salib pada
toping atap gereja terasa memuai,sungai sungai dipenuhi batu, dan sumur
mengering, Kota Kupang memanas.
Lantas apa yang bisa dilakukan masyarakat
kota kupang. Lahan telah mengering,
ditinggalkan untuk mencari penghasilan dari sumber lain, menjadi kuli, memecah
batu, membabu ditoko toko, sebagian mencoba peruntungan di pulau sumbawa
menjadi pekerja kasar, dipulau lombok bersaing dengan porter terminal dan
pelabuhan, dipulau bali menjadi eksekutor kredit sepeda motor, dan berujung ke
jawa sebagai preman pasar grosir. Tak
ditanya untuk Sulawesi dan kalimantan, profesi yang sama sulitnya mereka jalani
dari hari ke hari menambah rentetan panjang permasalahan kota-kota lain
indonesia. Mereka mengabarkan kemiskinan mereka ke seluruh nusantara. Ada yang
peduli?
Langganan:
Postingan (Atom)