Selasa, 15 Oktober 2013

PARA PEJUANG ENERGI BARU TERBARUKAN


 
Bersama Instruktur pelatihan BBPP Kupang

Beberapa bulan lalu tepatnya april tahun ini, penulis dalam kapasitas sebagai Penyuluh Pertanian asal Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat, mendapatkan undangan untuk mengikuti kegiatan pelatihan pembuatan pakan ternak ruminansia di Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Noelbaki Kupang Nusa Tenggara Timur .  Dalam pelatihan tersebut penulis diperkenalkan tentang fasilitas standar pembuatan pakan ternak mulai dari hay, silase, permen sapi, amoniasi, dan banyak macam lainnya.  Dalam instalasi kandang yang cukup memadai, perhatian penulis justru tertuju pada sebuah instalasi pembuatan biogas milik BBPP yang berada tidak jauh dari instalasi kandang tersebut.  Selama ini biogas hanya menjadi wacana dalam benak kami sebagai penyuluh pertanian lapangan, tanpa pernah melihat langsung bagaimana gas dapat dihasilkan dari kotoran sapi.  Karena rasa ingin tahu yang besar, penulis melakukan pendekatan pada seorang instruktur yang masih sangat muda.  Beliau adalah Pak Marten (40),  Berperawakan sederhana dan lugas dalam menyampaikan materi pelatihan, bersedia meluangkan waktu mengupas habis tentang Biogas untuk penulis dan beberapa rekan yang tertarik mendalaminya.

Mengelola Banjir Bandang di Negeri Seribu Warna Pelangi



Kisah Sukses Penanganan Banjir Bandang di Desa Jurumapin
Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa NTB

http://green.kompasiana.com/iklim/2013/10/15/mengelola-banjir-bandang-di-negeri-seribu-warna-pelangi-599142.html

Ilustrasi Banjir Bandang


Jurumapin merupakan sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat.  Sebagai desa yang terletak di kaki Gunung Puncak Ngengas, keindahan Desa Jurumapin menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong karena dihimpit oleh banyak perbukitan dan hutan durian yang rasa khasnya menggiurkan.  Dikala hujan gerimis pada sore hari, bidadaripun turun dari kayangan bersama pelangi.  Itulah mengapa desa ini disebut sebut sebagai Negeri Seribu Warna Pelangi.

Penyelamat Biodiversitas Durian




Mansyur H. Abbas dan Bibit Duriannya


Tidak ada penutur sejarah yang mengungkapkan kapan durian dihutan Desa Jurumapin Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa NTB itu ditanami, atau siapa yang menanami, maupun bagaimana menanaminya.  Namun legenda tak pernah kering mengisi ruang wacana masyarakat sehingga banyak yang percaya bahwa cerita seperti dalam tuturan legenda itulah asal muasalnya.  Dalam hikayat, dahulu ada banyak burung yang menanami durian itu, karena berlainan warna dan jenis burung yang menanaminya, maka lain pula rasa dan warna buah duriannya.

Qurban, Kurban, Manusia, Kambing




Ilustrasi Ibrahim dan Ismail


Pada tempat dan hari yang telah ditentukan, sang ayah menghunus pedang dengan asahan yang sangat menyilaukan.  Dalam hati kecilnya mantap untuk melakukan sebuah ritus pengurbanan dari hamba untuk Tuhan, pengurbanan yang tidak tanggung-tanggung yaitu seorang anak satu-satunya yang paling ia kasihi setelah penantian panjang atas kelahirannya.  Hari itu sang ayah ikhlas sebagai konsekuensi keimanan untuk memenuhi wahyu ilahi, leher si anak telah siap diatas kayu talenan sesembelihan, algojonya adalah seorang ayah………………………….     Lalu ditengah suasana bathin para penyaksi yang tidak tega, gemuruh harapan dalam panjat doa kepada Tuhan sekilat menjadi hening seperti bisunya gunung, tiba tiba seekor gibas menjelma sesaat sebelum pedang yang diayunkan menyayati leher si anak. Akhirnya semua lega, tampak dari hela nafas kepuasan para penyaksi.

Rabu, 09 Oktober 2013

MARAH DALAM SENYUMAN



Tadi pagi, kuliah masuk pukul 7 mata kuliah Metabolisme dan pengendalian pertumbuhan tanaman. Mula-mulanya biasa saja seperti kuliah hari sebelumnya.  Dalam kesibukan saya menerjemahkan rumus-auksin melalui buku Advanced Plant Physiology tiba-tiba saja nada suara sang dosen meninggi, selang beberapa detik kemudian tersenyum sambil mempersilahkan pelaku kegaduhan untuk keluar.

Saya duduk paling belakang sendiri ditemani ransel, ultrabook, dan buku setebal 5 cm.  beberapa menit yang lalu saya memang agak risih melihat kelakuan teman-teman satu deret didepan saya Ardian, Sipri dan tista. Tapi karena sibuk mengira-ngira beberapa terjemahan kata dalam buku akhirnya kelakuan mereka tidak saya hiraukan.  Belakangan baru saya ketahui ternyata mereka sedang bermain pesan berantai melalui secarik kertas dari bangku ke bangku bertiga.


Sabtu, 14 September 2013

PILIH MANA? KACANG KEDELAI YANG TERJEPIT ATAU PAHA AYAM YANG TERBUKA



Sekarang saya tinggal di Yogyakarta, terkait dengan naiknya harga kedelai saya melihat bahwa kehidupan sehari-hari masyarakat jawa banyak yang mengkonsumsi tempe.  Tempe telah menjadi menu wajib yang harus ada dimeja makan.  Begitu pula dengan orang jawa yang ada dikampung halaman saya SumbawaNusa Tenggara Barat, mereka telah hidup dan besar dengan mengkonsumsi tempe.  Jika kepada mereka ditanyakan mana yang lebih bergizi antara tempe dengan daging ayam? Tentulah mereka menjawab daging ayam, tetapi jika ditanyakan mana yang lebih enak antara tempe dengan daging ayam, maka mereka akan segera mengkonversi kata “enak”tadi dalam kepala mereka menjadi kata “murah”, lalu segera mereka menjawab tempe.  Nah seperti itulah masyarakat kita, menjatuhkan pilihan pada sesuatu karena harganya yang murah, kemudian karena keseringan mengkonsumsi pilihan tersebut, mereka kemudian menyukainya.  Bahkan dari “suka” ini kemudian berkembang menjadi “fanatik”.

Kamis, 12 September 2013

Nenek Ti’no: Teladan dalam Perlindungan Kesehatan Keluarga



Mencari model baru perlindungan kesehatan keluarga di Indonesia.






- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf







- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf


Nama beliau Ti’no, tepatnya Nenek Ti’no, tinggal di Desa Ara Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.  Sejak 15 tahun yang lalu saya tidak pernah lagi berjumpa dengan beliau yang kini telah berumur  sekitar 100 tahun, namun beliau masih sehat wal’afiat.  Beliau memiliki tiga orang putra dan dua orang putri,  membesarkan anak-anaknya sendiri sebagai orang tua tunggal setelah ditinggal terlebih dahulu oleh sang suami menghadap sang Ilahi, memang menjadi tugas berat yang harus diembannya.  Suaminya meninggal disaat anak-anak mereka masih kecil,  tugas membesarkan anak dijalaninya dengan hati yang lapang dan tak pernah putus asa.  Beliau adalah Ibu dari Bapak kandung saya, alias Nenek saya.

Sendiri membesarkan anak berjumlah 5 orang tentulah tidak mudah,  terlebih sang suami belum sempat mewariskan tanah dan lahan untuk berusaha.  Segala daya upaya dilakukan dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna.  Namun bagaimana melaksanakan peran itu dalam  keterbatasan ekonomi , hingga beliau dan anak-anaknya mampu bertahan hidup hingga sekarang, Bahkan umur beliau dianggap sebagai umur yang tak lazim bagi kebanyakan orang.

Selasa, 10 September 2013

WAJAH BARU PUTRI DUNIA TERLAHIR DI INDONESIA


Sebuah harapan dalam penyelenggaraan Miss World 2013


 Perhelatan Miss World 2013

Kontestasi pemilihan Putri Dunia 2013 baru saja dibuka dengan megahnya,  dalam hingar bingar kemeriahan itu saya bertanya-tanya akan seperti apa wajah Putri Dunia yang menjadi duta perempuan itunantinya.  Wajah yang saya maksudkan bukanlah dalam bentuk fisik berupa batang hidung, lekuk kuping, ataupun rekahan bibir.  Tetapi wajah yang saya maksud lebih menyangkut tentang kualitas visi dan talenta seorang putri terpilih nantinya.

Dari negara asalnya, para kontestan telah menjalani berbagai macam tempaan dan ujian.  Entah apakah setiap negara itu benar benar menjaring seorang putri karenabhaktinya kepada kemanusiaan dan lingkungan atau tidak?Apakah putri tersebut memiliki karya yang layak dipertandingkan denganbanyak karya putri bangsalain atau tidak?  Ataukah ajang ini dinegara asal para kontestan,hanyalah kontes kecantikan fisik semata?

Minggu, 08 September 2013

Jiwa-Jiwa Yang Berkelana di Kampus UGM Yogyakarta.




Gedung Rektorat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pernah sekali aku melihatnya dimuka pintu sekretariat HmI Komisariat Sosial Politik Universitas Gadjah Mada.   Pria berbadan tinggi, kurus, muka belepotan, rambut memerah, tak pernah mandi, jaket kumal dan bau asbak rokok itu menggandeng seorang wanita berparas cantik, wangi, bersih, dan sopan.  Sontak hatiku menilai bahwa kejadian penggandengan itu antara dua insan yang tidak sepadan.

Sabtu, 07 September 2013

Mama Tungga; Sang Mata Air Kesuburan Nusa Tenggara Timur


Kisah Guru Inspiratif  2013

Terik pada juli tahun 1997, Kota Kupang seperti berada didalam tungku oven tembakau 40 derajat celcius.  Ini adalah puncak terkering dalam musim kemarau tanpa hujan setetespun.  Kemarau dikota kupang adalah yang terpanjang dari seluruh tempat di negeri kita,  mencapai 8 bulan dari April hingga November setiap tahunnya.  Tanah yang masih dibonggoli sisa panen padi membelah lebar,  pepohonan serasa hendak membungkuk mencari peneduh,salib-salib pada toping atap gereja terasa memuai,sungai sungai dipenuhi batu, dan sumur mengering, Kota Kupang memanas.
Lantas apa yang bisa dilakukan masyarakat kota kupang.  Lahan telah mengering, ditinggalkan untuk mencari penghasilan dari sumber lain, menjadi kuli, memecah batu, membabu ditoko toko, sebagian mencoba peruntungan di pulau sumbawa menjadi pekerja kasar, dipulau lombok bersaing dengan porter terminal dan pelabuhan, dipulau bali menjadi eksekutor kredit sepeda motor, dan berujung ke jawa sebagai preman pasar grosir.  Tak ditanya untuk Sulawesi dan kalimantan, profesi yang sama sulitnya mereka jalani dari hari ke hari menambah rentetan panjang permasalahan kota-kota lain indonesia. Mereka mengabarkan kemiskinan mereka ke seluruh nusantara. Ada yang peduli?