Selasa, 15 Oktober 2013

Penyelamat Biodiversitas Durian




Mansyur H. Abbas dan Bibit Duriannya


Tidak ada penutur sejarah yang mengungkapkan kapan durian dihutan Desa Jurumapin Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa NTB itu ditanami, atau siapa yang menanami, maupun bagaimana menanaminya.  Namun legenda tak pernah kering mengisi ruang wacana masyarakat sehingga banyak yang percaya bahwa cerita seperti dalam tuturan legenda itulah asal muasalnya.  Dalam hikayat, dahulu ada banyak burung yang menanami durian itu, karena berlainan warna dan jenis burung yang menanaminya, maka lain pula rasa dan warna buah duriannya.

Durian Jurumapin dikenal masyarakat lokal sebagai durian yang meriah, setiap pohon memiliki rasa, wangi dan bentuk yang berbeda.  Semua varian menampilkan kualitasnya yang khas. Ada yang hambar, manis, manis dikit, buah besar, daging tebal, daging tipis, tidak berduri, daging merah, mungil, wangi, tidak wangi tapi manis, dan masih banyak lagi.  Durian-durian itu seperti taman durian dunia yang dikoleksi dari semua varian durian seluruh dunia kemudian ditanam disatu tempat di Desa Jurumapin.  Jika makan buah durian Jurumapin, selalu ada kejutan dalam setiap rasa.

Tahun 2004, Departemen Pertanian yang sekarang diganti namanya menjadi Kementerian Pertanian, mengangkat keunggulan dua varian durian lokal jurumapin menjadi durian unggul nasional.  Dua varian itu adalah durian Kepala Gajah dan durian Sedapir.  Durian inilah yang membawa nama kabupaten Sumbawa dalam kancah perdurianan nasional bahkan internasional.

Durian Kepala Gajah dan Sedapir itu kini telah menua, pohonnya tinggi, besar, beberapa cabang besarnya sudah ada yang lapuk tergantung dan beberapa ruas akarnya busuk tertanam, parasit bergelayutan disana-sini, tak terkecuali lumut yang menyelimuti sisi lembab tangkai batangnya.
Menyikapi hal itu, muncullah seorang pemuda desa yang mengabdikan diri untuk pelestarian durian didesanya.  beliau adalah Mansur H Abbas (45) yang menekuni pembibitan durian secara okulasi (sambung pucuk) menggunakan batang bawah dari berbagai durian di NTB namun batang atasnya tetap  menggunakan dua varian lokal unggul nasional Kepala Gadjah dan Sedapir.

Upayanya dalam melestarikan keanekaragaman hayati (khususnya durian) patut diacungi jempol.  Setiap tahun beliau berhasil mengokulasi durian sebanyak 3.000 batang dan ditanam pada beberapa wilayah di Pulau Sumbawa. “Banyak warga yang ingin menanam durian namun tidak tahu bagaimana mendapatkan bibit.”.  tutur beliau sambil mengokulasi durian.

Dahulu beliau pesimis dengan kelestarian durian Jurumapin,  pohonnya sudah menua, ada beberapa yang muda namun sering mengalami gangguan hama babi dan monyet sebelum tumbuh alami dalam hutan.  Pohon pohon tua tinggal menunggu tumbang.  Namun sekarang durian ini semakin baik populasinya karena setiap tahun selalu dilakukan penanaman didalam hutan dan dirawat dengan baik.  “Perawatannya sederhana, jika ada benalu atau parasit tinggal dilepas dengan galah berujung sabit, waktu penanaman digunakan sungkup dan pagar.  Tidak perlu dipupuk karena hutan Jurumapin tidak dijamah oleh penebang para hutan.  Pemupukan akan memudarkan rasa khasnya pada buah. Walaupun ada yang sifat buahnya hambar ataupun sedikit pahit, tetapi karena tidak dipetik  dipohon (menunggu runtuh), rasa khasnya membuat lidah senantiasa bergoyang.”.  Begitu ahlinya beliau mengungkapkan rahasia durian berkualitas.

Untuk mendapatkan pengakuan tentang kualitas bibit yang ditangkarnya, pak Mansur mengajukan labelisasi pada Balai Pembibitan Tanaman Hortikultura di Mataram, Ibukota Propinsi NTB.  Setiap tahunnya pak Mansur selalu dievaluasi oleh balai tersebut untuk mendapatkan rekomendasi penerbitan label durian varietas kepala gajah dan sedapir.

Beliau memiliki kebun bibit durian yang tidak begitu luas.  Dari 1 hektar tegalan yang dimiliki, beliau menyisihkan 5 are untuk pembibitan durian.  Namun dari 5 are itu dapat menghasilkan 3.000 batang bibit durian setiap tahunnya.  Beliau senang melakukan pekerjaan ini,  selama saya masih hidup saya akan senantiasa membibitkan durian.”. ucapnya bangga.

Luar biasa, setiap tahun masyarakat menanti-nanti buah durian jurumapin berhamburan diperempatan jalan Kecamatan Buer. Walaupun buah dari pohon muda karya tangan dingin pak Mansur belum muncul, tapi pohonnya sudah mulai membesar kira kira tiga atau lima tahun lagi akan mendominasi buah durian Jurumapin. Banyak yang tidak menyadari, seandainya tidak ada pribadi bernama Mansur H. Abbas mungkin kisah makan durian di Jurumapin tinggal kenangan untuk beberapa tahun kedepan. Seperti para burung yang ditutur dalam legenda,  Mansur H Abbas lah sang burung penanam itu sesungguhnya.

Yogyakarta 15 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar