Sabtu, 07 September 2013

Mama Tungga; Sang Mata Air Kesuburan Nusa Tenggara Timur


Kisah Guru Inspiratif  2013

Terik pada juli tahun 1997, Kota Kupang seperti berada didalam tungku oven tembakau 40 derajat celcius.  Ini adalah puncak terkering dalam musim kemarau tanpa hujan setetespun.  Kemarau dikota kupang adalah yang terpanjang dari seluruh tempat di negeri kita,  mencapai 8 bulan dari April hingga November setiap tahunnya.  Tanah yang masih dibonggoli sisa panen padi membelah lebar,  pepohonan serasa hendak membungkuk mencari peneduh,salib-salib pada toping atap gereja terasa memuai,sungai sungai dipenuhi batu, dan sumur mengering, Kota Kupang memanas.
Lantas apa yang bisa dilakukan masyarakat kota kupang.  Lahan telah mengering, ditinggalkan untuk mencari penghasilan dari sumber lain, menjadi kuli, memecah batu, membabu ditoko toko, sebagian mencoba peruntungan di pulau sumbawa menjadi pekerja kasar, dipulau lombok bersaing dengan porter terminal dan pelabuhan, dipulau bali menjadi eksekutor kredit sepeda motor, dan berujung ke jawa sebagai preman pasar grosir.  Tak ditanya untuk Sulawesi dan kalimantan, profesi yang sama sulitnya mereka jalani dari hari ke hari menambah rentetan panjang permasalahan kota-kota lain indonesia. Mereka mengabarkan kemiskinan mereka ke seluruh nusantara. Ada yang peduli?
Tidak ada yang peduli dengan Parade Kemiskinan yang menjadi tontonan sehari-hari di Nusa Tenggara Timur.  Tingkat pendidikan, rasa aman, kesehatan, pangan, perumahan sangat rendah predikatnya dibandingkan propinsi lainnya di negeri kita.  Mereka telah miskin secara sumber daya alam lalu dimiskinkan lagi dengan cara berfikir sumberdaya manusianya.   Mereka membutuhkan air yang dapat menjadi penawar dahaga.  Dalam kekeringan dan kemiskinan yang mencekam, muncullah seorang Dewi.

 Mama Tungga Bersama suami tercinta

 Helena Tungga Kadek nama lengkapnya.  Mama Tungga, begitu perempuan berumur ini disebutkan namanya oleh semua orang.  Perempuan yang tak pernah mengenyam sekolah namun berpemikiran cerdas.  Perempuan yang melihat persoalan kemiskinan di Nusa Tenggara Timur sebagai persoalan salah kelola masyarakat itu sendiri, persoalanitu dilihatnya pada tingkat ikatan kekeluargaan perdusunan yang tidak memiliki pemimpin denganpandangan jauh kedepan, kemudian tegas mengatakan kepada orang-orangnya bahwa kita harus melakukan ini dan itu untuk menyelesaikan persolanan perdusunan.  
Perempuan ini tidak pernah sekalipun mengeluarkan sumpah serapah atas kemiskinan yang mendera warga perdusunannya, analogi sebuah acara mati lampu yang tidak pernah dijadwalkan oleh PLN,beliau lalu berusaha diam-diam mengambil lilin dan menyalakannya.  Maka hilanglah keributan yang menyerapahi kegelapan.
Hanya butuh satu mimpi untuk memulai segalanya, namun dalam melaksanakannya entah telah berapa ribu kali mama tungga mencari pola agar masalah perdusunannya terselesaikan.Mama tungga pernah mengira bahwa sebelumnya pengetahuan teknislah yang menjadi permasalahan mereka sehingga produksi mereka berkurang.   Namun bukan itu penyebabnya sebab setiap pekan selalu ada pembinaan dari Petugas Penyuluh Lapangan yang memberikan ceramah tentang teknik bercocok tanam.  Kemudian pernah satu waktu dianggap bahwa permasalahannya adalah permodalan, namun dengan pemberian modal dari pemerintah berapapun jumlahnya tetap tidak menuai hasil.
Dalam kebingungan, mama tungga kemudian menempuh cara kepemimpinan. Beliau berfikir bahwa rekan-rekannya memiliki daya rekat yang lemah untuk dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok perdusunan.  Untuk itu beliau mengambil inisiatif agarsemua anggota dikumpulkan.  Setiap mereka didefinisikan keanggotaannya dan diminta untuk mengungkapkan segala impian, harapan, cita-cita dan tujuan mereka, serta apa yang mereka punya dan apa yang bisa mereka lakukan.
Diperdusunannya, mama tungga dapat dikatakan memiliki hubungan sedarah dengan semua warganya.  Bertalian sebagai saudara kandung sebagai paman, bibi, ipar, anak menantu, kakek nenek, cucu dan cicit.  Warga diperdusunannya merupakan tetangga sekaligus tali jejaring sedarah yang potensi penyatuannya lebih mudah tetapi terjadinya polarisasi akan mencelakai perjuangannya.  Hal ini yang membuat Mama Tungga harus berhati-hati dalam membina sebuah keluarga  besar, salah sedikit bisa berakibat fatal sehingga semakin sulit untuk diajak dalam kebaikan yang lebih luas.
Atas dasar itulah pada suatu pembicaraan penentuannama persatuan, mereka memberikan nama TungBers yang artinya Tungga Bersaudara.  Ini berwujud sebagai kelompok persaudaraan yang khas yang semua anggotanya berasal dari satu dusun tetapi semuanya memiliki ikatan kekeluargaan dari pertalian darah.  Bagi mereka ini bukan upaya eksklusifisme tetapi seperti itulah adanya.
Lain padang lain ilalang, lain lubuk lain ikannya.  Kalimat yang telah sangat populer ditengah tengah kehidupan masyarakat.  Bagi Mama Tungga kalimat itu bukan hanya beliau kenal karena telah menjadi pameo di masyarakat tetapi lebih dari itu diyakininya sebagai cara pandang dalam melihat satu masyarakat.  Setiap jengkal tanah memiliki isi dan peruntukan yang berbeda dari jengkal tanah lainnya.  Terkadang perbedaan itu bukan hanya datang dari apa yang menjadi potensi atas tanahnya tetapi juga karena keinginan pemiliknya.

 Suasana pelatihan di P4S TungBers


 Mama tungga secara perlahan berkomunikasi dengan warganya melalui kegiatan penggalian potensi dusun.  Mama tungga mengumpulkan warga untuk secara partisipatif membicarakan tentang perbaikan nasib mereka. Gayung bersambut, jalan menuju kesana telah dimulai lagi. Mimpi menjadi harapan, harapan menjadi cita-cita, cita cita menjadi tujuan, tujuan menjadi rencana, rencana menjadi tindakan, tindakan segera dilakukan agar menjadi kenyataan.  Hasil perencanaan itu kemudian menjadi pedoman bagi Mama Tungga bersama anggota untuk  kegiatan mereka.

Tertulislahkegiatan pemupukan modal untuk semua anggota, beberapa anggota hendak membibitkan ternak babi, beberapanya lagi beternak ayam, bercocok tanam cabe, menanam tanaman hias, menanam jagung, budidaya padi, dan masih banyak lagi aneka kegiatan setiap anggota baik antar keluarga maupun antar waktu.Buku itu dijadikan sakral oleh Mama Tungga, diberi sampul paling megah dan disimpan dalam kotak kaca di depan rumahnya agar setiap warga tahu bahwa mereka telah membuat janji.
Setahun, dua tahun, hingga lima tahun pemupukan modal telah dibukukan, dari nilai terendah seribu rupiah setiap harinya, anggota telah mengumpulkan uang yang begitu banyakuntuk memulai usaha sesuai dengan perjanjian pemupukan modal.  Mereka seolah memiliki bank sendiri yang bernama Bank Tungbers.Dana ini telah diperkirakan nilainya dalam rapat penentuan program pertama kali, setiap anggota dapat meminjam uang tersebut yang pada hakikatnya adalah uang mereka sendiri.
Dibanding dengan pinjaman di Bank, Dana pada kelompok Tungbers lebih mudah realisasinya untuk para buta huruf di dusun itu.  Mereka tidak perlu membuat data administrasi yang membingungkan.  Sebab cukup nota dan surat perjanjian yang mereka tandatangani.  Jika tidak dapat membuat tanda tangan, mereka dimintai cap jempol sebagai stempel jati diri mereka.  Lagian dengan sirih yang memerah diseluruh mulutnya petugas bank mungkin tidak percaya bahwa mereka dapat mengelola usaha dan mengembalikan kredit.
Peternak babi mulai mendapatkan pinjaman dari dana mereka sendiri yang mereka tabung, dengan jasa 10 persen pada saat pengembalian selama 1 periode, usaha mereka mulai dijalankan.  Beternak babi tentulah memiliki peruntungan yang lebih baik dibandingkan sapi.  Babi sekali beranak bisa mencapai 5 hingga 8 ekor untuk pembibitan.  Dipelihara selama 3-4 bulan dapat mengembalikan modal secara keseluruhan dari pinjaman.  Pakan tersedia ditoko ternak dan tidak perlu digembalakan.  Beternak babi sangat menguntungkan.

 Indukan Babi milik salah seorang anggota kelompok Tungbers


           Ayam menjadi primadona dalam setiap santapan dimeja makan.  Dengan pengolahan yang beragam ayam telah mendominasi permintaan setiap warung dan restoran.  Dengan pertimbangan itu anggota kelompok tungbers mengusahakan ternak ayam sebagai salah satu usaha anggotanya.  Beternak ayam potong tentulah sangat menguntungkan karena harapan keuntungan dapat mencapai 60% dari seluruh modal.  Selain perawatannya mudah, mulai dari DOC, Pakan, hingga obat-obatan tersedia di toko pertanian.

Kandang Ayam P4S Tungbers

Pada musim penghujan biasanya cabe sangat sulit dibudidayakan, namun itu bukan menjadi penyebab yang dapat mengendurkan semangat dalam mencari peruntungan.  Jika salah satu komoditi sangat jarang diusahakan maka pada saat panen harga akan melonjak tinggi.  Tepat apa yang sangka, setiap panen, cabe yang ditanam pada musim penghujan harganya melonjak sampai berlipat-lipat. Pinjaman segera terlunasi dan modal kelompok semakin membesar.
Siapa sangka kota kupang yang gersang membuat masyarakatnya tidak jauh dari rasa estetika.  Beberapa kepala keluarga anggota kelompok Tungbers membudidayakan tanaman hias untuk dijual secara besar-besaran kepada masyarakat.  Tanah boleh kering tetapi hati tetap basah seperti taman taman dihalaman, seperti itu ungkapan mereka dalam keseharian dalam memelihara taman.  Petani bunga mendapatkan keuntungan sendiri yang lumayan besar untuk menghidupi keluarganya, pinjaman dikembalikan dan modal kelompok semakin besar.


 Pantai Kota Kupang Yang mempesona

Jagung telah berkembang menjadi komoditas yang luas peruntukannya.  Semua komponen dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk banyak hal.  Selain bijinya yang digunakan untuk pembuatan pakan ternak, bongkolnya dapat digunakan untuk bahan bakar pembuatan genteng, tungku masak, dan bahkan dapat diolah sebagai pakan sapi.  Daunnya yang masih hijau dapat digunakan dalam membuat hay untk sapi, daun kering dapat diamoniasi menjadi pakan sapi.  Batang dapat digunakan sebagai mulsa penutup tanaman merambat seperti semangka, melon, dan mentimun.  Dengan membudidayakan jagung, anggota dapat memperbaiki kehidupan ekonominya. 
Mengolah daging menjadi se’i adalah keahlian para perempuan timor.  Se’i adalah bentuk pengawetan khas timor melalui pengasapan.  Setelah menjadi se’i daging dapat disimpan selama beberapa minggu sebelum akhirnya diolah untuk dikonsumsi.  Dikelompok tungbers se’i diolah dari daging sapi dan daging babi.  Anggota yang mengolah se’i memiliki masukan keuangan tambahan sehingga perekonomian keluarga dapat lebih baik.
Semua usaha diatas didesain berdasarkan tata produksi yang telah dibukukan.  Setiap anggota mengungkapkan potensi yang tersedia pada mereka, kemudian di tulis dalam bentuk proyeksi anggota.  Dari sekian banyak rencana usaha tersebut kemudian ditata berdasarkan waktu yang ditawarkan oleh alam.  Selama bulan desember hingga maret kegiatan pertanian menjadi dominan dilakukan.  Sedangkan kegiatan ternak ayam potong dilakukan sepanjang tahun dengan kapasitas yang kecil 100 – 200 ekor namun bertahap setiap minggunya.  Mama tungga faham betul gelagat pasar di kota kupang.  Serapan masyarakat cukup besar namun tidak serta merta diambil bersamaan karena fasilitas cool storage yang belum tersedia.  Jadi menata waktu masuk kandang adalah solusinya.

 Mama Tungga saat memberikan pelatihan

 Mama Tungga saat memberikan materi pelajaran


Satu waktu, apa yang dilakukan oleh Mama Tungga tercium oleh lembaga pelatihan yang ada di kota kupang yaitu Balai Besar Pelatihan Peternakan Noel Baki.  Melihat komitmen masyarakat yang begitu besar untuk memajukan dirinya, BBPP kemudian menyarankan agar kelompok TungBers membentuk badan hukum pendirian Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya atau yang disingkat P4S.  Lembaga tersebut bertujuan bukan hanya menjadi tempat pelatihan bagi anggota kelompok TungBers semata, tetapi seluruh masyarakat kota Kupang, Seluruh Masyarakat Pulau Timor, seluruh masyarakat Propinsi Nusa Tenggara Timur bahkan seluruh Indonesia dapat menimba ilmu di P4S TungBers.  Ibarat Mata Air,  Mama Tungga memenuhi dahaga masyarakat NTT bahkan Indonesia yang meneguk ilmu di P4S yang dikelolanya.

 Mama Tungga saat melatih dilapangan


Foto bersama peserta pelatihan menjelang pulang

Waktu itu bulan mei 2013.  Musim kering hendak memuncak lagi, penulis beserta beberapa rekan berkunjung ke markas mama tungga dikelurahan tarus kecamatan kupang tengah kabupaten kupang propinsi nusa tenggara Timur.  Rekan rekan penulis berasal dari bali, lombok, jawa, medan, dan tidak ketinggalan dari NTT sendiri.  Pada puncak kemarau, persawahan mereka tertanami dengan sayuran dan buah semusim,  mereka mendapatkan air dari sungai yang volume airnya semakin membaik karena selama ini mereka juga melestarikan hutan.  Penulis hanya berdecak kagum.  

 Suasana pemberian materi oleh Mama Tungga


            Menulisi buku tamu ketika pertama kali datang pada kelompok tani merupakan pengalam menarik tersendiri bagi penulis.  Sebab dengan membolak balik halaman buku tamu, dapat diketahui siapa saja orang-orang yang pernah berkunjung ke tempat ini.  Tertulis disana nama-nama orang penting BPSDM Pusat Kementerian Pertanian, nama nama yang berasal dari Jawa, Bali, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, NTB, NTT, bahkan Timor Leste.  Mulai Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, Siswa Sekolah, dan masih banyak lagi yang datang kesana dengan keperluan berkunjung dan belajar.  Menurut mama tungga jumlah pengunjung di P4S telah mencapai 3 Buku Tamu dengan jumlah baris 5 Ribu lebih data pengunjung.

 Peserta Pelatihan bersama penyuluh setempat dan pegawai BBPP Noelbaki


Siswa SMK yang datang ke P4S Tungbers dalam rangka mengikuti Praktek Kerja Lapangan dari sekolahnya.  Kurikulum mereka selama berada di Mama Tungga disusun antara pihak sekolah dan P4S.  Mereka diajarkan tentang jiwa kewirausahaan, disemangati dengan kalimat kalimat yang menggugah dari ucapan khas Mama Tungga dan dipoles dengan cinta kasih antar sesama.  Beliau sering sekali mengucapkan kalimat ini “Saudara-saudara yang datangnya dari jauh, entah apa yang membuat saudara datang ke sini dinegeri kering bernama Nusa Tenggara Timur.  Terakhir sebelum semuanya menjadi seperti sekarang ini, tempat ini adalah bukti sejarah kekeringan.  Namun atas itu semua hanya satu yang tersisa untuk memulai segalanya, yaitu cinta Kasih.”.
             Perjuangan dalam belasan tahun telah merubah wajah dusun menjadi jauh lebih baik.  Para perantau telah kembali dan berbuat bersama dengan Mama Tungga.  Dalam satu Bendel File yang disimpannya Mama Tungga membeberkan berbagai prestasi Kelompok TungBers dalam berbagai Even.  Melalui sertifikat penghargaan yang begitu banyak penulis percaya bahwa perjuangan Mama Tungga telah sampai pada level nasional bahkan dijadikan pembicara untuk kegiatan kegiatan penguatan kelembagaan masyarakat dan kegiatan pelatihan pertanian.


Mama Tungga Menunjukkan sertifikatnya dengan bangga
 

Ajaran dari keyakinan mama tungga tentang kasih telah membawa masyarakatnya pada kehidupan yang lebih baik.  Ibarat seorang yang menebar benih suatu saat pasti menuai hasil.  Jika kita berbuat baik karena kasih kita kepada mereka, walaupun mereka melakukan penolakan dan perlawanan tetaplah bersabar karena yang kita lakukan adalah kebaikan.  Suatu saat orang orang yang melakukan penolakan akan tahu bahwa jalan yang kita ajak adalah jalan kebaikan.
“Niat untuk berbuat baik dengan kasih saja belum cukup.  Dalam perjuangan dibutuhkan keuletan dan kesabaran.  Keuletan akan membesarkan karya kita sementara kesabaran adalah sebentuk komitmen untuk tetap berada pada jalur yang kita inginkan.”. gumamnya mantap.  Mama tungga telah menjadi guru bagi keluarga besarnya, bagi Pulau Timor, Bagi NTT dan Bagi Indonesia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar