Kisah Guru Inspiratif 2013
Terik pada juli tahun 1997, Kota Kupang
seperti berada didalam tungku oven tembakau 40 derajat celcius. Ini adalah puncak terkering dalam musim
kemarau tanpa hujan setetespun. Kemarau
dikota kupang adalah yang terpanjang dari seluruh tempat di negeri kita, mencapai 8 bulan dari April hingga November
setiap tahunnya. Tanah yang masih
dibonggoli sisa panen padi membelah lebar,
pepohonan serasa hendak membungkuk mencari peneduh,salib-salib pada
toping atap gereja terasa memuai,sungai sungai dipenuhi batu, dan sumur
mengering, Kota Kupang memanas.
Lantas apa yang bisa dilakukan masyarakat
kota kupang. Lahan telah mengering,
ditinggalkan untuk mencari penghasilan dari sumber lain, menjadi kuli, memecah
batu, membabu ditoko toko, sebagian mencoba peruntungan di pulau sumbawa
menjadi pekerja kasar, dipulau lombok bersaing dengan porter terminal dan
pelabuhan, dipulau bali menjadi eksekutor kredit sepeda motor, dan berujung ke
jawa sebagai preman pasar grosir. Tak
ditanya untuk Sulawesi dan kalimantan, profesi yang sama sulitnya mereka jalani
dari hari ke hari menambah rentetan panjang permasalahan kota-kota lain
indonesia. Mereka mengabarkan kemiskinan mereka ke seluruh nusantara. Ada yang
peduli?
Tidak ada yang peduli dengan Parade
Kemiskinan yang menjadi tontonan sehari-hari di Nusa Tenggara Timur. Tingkat pendidikan, rasa aman, kesehatan,
pangan, perumahan sangat rendah predikatnya dibandingkan propinsi lainnya di
negeri kita. Mereka telah miskin secara
sumber daya alam lalu dimiskinkan lagi dengan cara berfikir sumberdaya
manusianya. Mereka membutuhkan air yang
dapat menjadi penawar dahaga. Dalam
kekeringan dan kemiskinan yang mencekam, muncullah seorang Dewi.
Mama Tungga Bersama suami tercinta
Helena Tungga Kadek nama lengkapnya. Mama Tungga, begitu perempuan berumur ini
disebutkan namanya oleh semua orang.
Perempuan yang tak pernah mengenyam sekolah namun berpemikiran
cerdas. Perempuan yang melihat persoalan
kemiskinan di Nusa Tenggara Timur sebagai persoalan salah kelola masyarakat itu
sendiri, persoalanitu dilihatnya pada tingkat ikatan kekeluargaan perdusunan
yang tidak memiliki pemimpin denganpandangan jauh kedepan, kemudian tegas
mengatakan kepada orang-orangnya bahwa kita harus melakukan ini dan itu untuk
menyelesaikan persolanan perdusunan.
Perempuan ini tidak pernah sekalipun mengeluarkan
sumpah serapah atas kemiskinan yang mendera warga perdusunannya, analogi sebuah
acara mati lampu yang tidak pernah dijadwalkan oleh PLN,beliau lalu berusaha
diam-diam mengambil lilin dan menyalakannya.
Maka hilanglah keributan yang menyerapahi kegelapan.
Hanya butuh satu mimpi untuk memulai
segalanya, namun dalam melaksanakannya entah telah berapa ribu kali mama tungga
mencari pola agar masalah perdusunannya terselesaikan.Mama tungga pernah
mengira bahwa sebelumnya pengetahuan teknislah yang menjadi permasalahan mereka
sehingga produksi mereka berkurang.
Namun bukan itu penyebabnya sebab setiap pekan selalu ada pembinaan dari
Petugas Penyuluh Lapangan yang memberikan ceramah tentang teknik bercocok
tanam. Kemudian pernah satu waktu dianggap
bahwa permasalahannya adalah permodalan, namun dengan pemberian modal dari
pemerintah berapapun jumlahnya tetap tidak menuai hasil.
Dalam kebingungan, mama tungga kemudian
menempuh cara kepemimpinan. Beliau berfikir bahwa rekan-rekannya memiliki daya
rekat yang lemah untuk dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok perdusunan. Untuk itu beliau mengambil inisiatif
agarsemua anggota dikumpulkan. Setiap
mereka didefinisikan keanggotaannya dan diminta untuk mengungkapkan segala
impian, harapan, cita-cita dan tujuan mereka, serta apa yang mereka punya dan
apa yang bisa mereka lakukan.
Diperdusunannya, mama tungga dapat
dikatakan memiliki hubungan sedarah dengan semua warganya. Bertalian sebagai saudara kandung sebagai
paman, bibi, ipar, anak menantu, kakek nenek, cucu dan cicit. Warga diperdusunannya merupakan tetangga
sekaligus tali jejaring sedarah yang potensi penyatuannya lebih mudah tetapi
terjadinya polarisasi akan mencelakai perjuangannya. Hal ini yang membuat Mama Tungga harus
berhati-hati dalam membina sebuah keluarga
besar, salah sedikit bisa berakibat fatal sehingga semakin sulit untuk
diajak dalam kebaikan yang lebih luas.
Atas dasar itulah pada suatu pembicaraan
penentuannama persatuan, mereka memberikan nama TungBers yang artinya Tungga
Bersaudara. Ini berwujud sebagai
kelompok persaudaraan yang khas yang semua anggotanya berasal dari satu dusun
tetapi semuanya memiliki ikatan kekeluargaan dari pertalian darah. Bagi mereka ini bukan upaya eksklusifisme
tetapi seperti itulah adanya.
Lain padang lain ilalang, lain lubuk lain
ikannya. Kalimat yang telah sangat
populer ditengah tengah kehidupan masyarakat.
Bagi Mama Tungga kalimat itu bukan hanya beliau kenal karena telah
menjadi pameo di masyarakat tetapi lebih dari itu diyakininya sebagai cara
pandang dalam melihat satu masyarakat.
Setiap jengkal tanah memiliki isi dan peruntukan yang berbeda dari
jengkal tanah lainnya. Terkadang
perbedaan itu bukan hanya datang dari apa yang menjadi potensi atas tanahnya
tetapi juga karena keinginan pemiliknya.
Suasana pelatihan di P4S TungBers
Mama tungga secara perlahan berkomunikasi
dengan warganya melalui kegiatan penggalian potensi dusun. Mama tungga mengumpulkan warga untuk secara
partisipatif membicarakan tentang perbaikan nasib mereka. Gayung bersambut,
jalan menuju kesana telah dimulai lagi. Mimpi menjadi harapan, harapan menjadi
cita-cita, cita cita menjadi tujuan, tujuan menjadi rencana, rencana menjadi tindakan,
tindakan segera dilakukan agar menjadi kenyataan. Hasil perencanaan itu kemudian menjadi
pedoman bagi Mama Tungga bersama anggota untuk
kegiatan mereka.
Tertulislahkegiatan pemupukan modal untuk
semua anggota, beberapa anggota hendak membibitkan ternak babi, beberapanya
lagi beternak ayam, bercocok tanam cabe, menanam tanaman hias, menanam jagung,
budidaya padi, dan masih banyak lagi aneka kegiatan setiap anggota baik antar
keluarga maupun antar waktu.Buku itu dijadikan sakral oleh Mama Tungga, diberi
sampul paling megah dan disimpan dalam kotak kaca di depan rumahnya agar setiap
warga tahu bahwa mereka telah membuat janji.
Setahun, dua tahun, hingga lima tahun
pemupukan modal telah dibukukan, dari nilai terendah seribu rupiah setiap
harinya, anggota telah mengumpulkan uang yang begitu banyakuntuk memulai usaha
sesuai dengan perjanjian pemupukan modal.
Mereka seolah memiliki bank sendiri yang bernama Bank Tungbers.Dana ini
telah diperkirakan nilainya dalam rapat penentuan program pertama kali, setiap
anggota dapat meminjam uang tersebut yang pada hakikatnya adalah uang mereka
sendiri.
Dibanding dengan pinjaman di Bank, Dana
pada kelompok Tungbers lebih mudah realisasinya untuk para buta huruf di dusun
itu. Mereka tidak perlu membuat data
administrasi yang membingungkan. Sebab
cukup nota dan surat perjanjian yang mereka tandatangani. Jika tidak dapat membuat tanda tangan, mereka
dimintai cap jempol sebagai stempel jati diri mereka. Lagian dengan sirih yang memerah diseluruh
mulutnya petugas bank mungkin tidak percaya bahwa mereka dapat mengelola usaha
dan mengembalikan kredit.
Peternak babi mulai mendapatkan pinjaman
dari dana mereka sendiri yang mereka tabung, dengan jasa 10 persen pada saat
pengembalian selama 1 periode, usaha mereka mulai dijalankan. Beternak babi tentulah memiliki peruntungan
yang lebih baik dibandingkan sapi. Babi
sekali beranak bisa mencapai 5 hingga 8 ekor untuk pembibitan. Dipelihara selama 3-4 bulan dapat
mengembalikan modal secara keseluruhan dari pinjaman. Pakan tersedia ditoko ternak dan tidak perlu
digembalakan. Beternak babi sangat
menguntungkan.
Indukan Babi milik salah seorang anggota
kelompok Tungbers
Ayam menjadi primadona dalam setiap santapan
dimeja makan. Dengan pengolahan yang
beragam ayam telah mendominasi permintaan setiap warung dan restoran. Dengan pertimbangan itu anggota kelompok
tungbers mengusahakan ternak ayam sebagai salah satu usaha anggotanya. Beternak ayam potong tentulah sangat
menguntungkan karena harapan keuntungan dapat mencapai 60% dari seluruh modal. Selain perawatannya mudah, mulai dari DOC,
Pakan, hingga obat-obatan tersedia di toko pertanian.
Kandang Ayam P4S Tungbers
Pada musim penghujan biasanya cabe sangat
sulit dibudidayakan, namun itu bukan menjadi penyebab yang dapat mengendurkan
semangat dalam mencari peruntungan. Jika
salah satu komoditi sangat jarang diusahakan maka pada saat panen harga akan
melonjak tinggi. Tepat apa yang sangka,
setiap panen, cabe yang ditanam pada musim penghujan harganya melonjak sampai
berlipat-lipat. Pinjaman segera terlunasi dan modal kelompok semakin membesar.
Siapa sangka kota kupang yang gersang membuat masyarakatnya
tidak jauh dari rasa estetika. Beberapa
kepala keluarga anggota kelompok Tungbers membudidayakan tanaman hias untuk
dijual secara besar-besaran kepada masyarakat.
Tanah boleh kering tetapi hati tetap basah seperti taman taman
dihalaman, seperti itu ungkapan mereka dalam keseharian dalam memelihara
taman. Petani bunga mendapatkan
keuntungan sendiri yang lumayan besar untuk menghidupi keluarganya, pinjaman
dikembalikan dan modal kelompok semakin besar.
Pantai Kota Kupang Yang mempesona
Jagung telah berkembang menjadi komoditas
yang luas peruntukannya. Semua komponen
dari tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Selain bijinya yang digunakan untuk pembuatan
pakan ternak, bongkolnya dapat digunakan untuk bahan bakar pembuatan genteng,
tungku masak, dan bahkan dapat diolah sebagai pakan sapi. Daunnya yang masih hijau dapat digunakan dalam
membuat hay untk sapi, daun kering dapat diamoniasi menjadi pakan sapi. Batang dapat digunakan sebagai mulsa penutup
tanaman merambat seperti semangka, melon, dan mentimun. Dengan membudidayakan jagung, anggota dapat
memperbaiki kehidupan ekonominya.
Mengolah daging menjadi se’i adalah keahlian
para perempuan timor. Se’i adalah bentuk
pengawetan khas timor melalui pengasapan.
Setelah menjadi se’i daging dapat disimpan selama beberapa minggu
sebelum akhirnya diolah untuk dikonsumsi.
Dikelompok tungbers se’i diolah dari daging sapi dan daging babi. Anggota yang mengolah se’i memiliki masukan
keuangan tambahan sehingga perekonomian keluarga dapat lebih baik.
Semua usaha diatas didesain berdasarkan
tata produksi yang telah dibukukan.
Setiap anggota mengungkapkan potensi yang tersedia pada mereka, kemudian
di tulis dalam bentuk proyeksi anggota.
Dari sekian banyak rencana usaha tersebut kemudian ditata berdasarkan
waktu yang ditawarkan oleh alam. Selama
bulan desember hingga maret kegiatan pertanian menjadi dominan dilakukan. Sedangkan kegiatan ternak ayam potong
dilakukan sepanjang tahun dengan kapasitas yang kecil 100 – 200 ekor namun
bertahap setiap minggunya. Mama tungga
faham betul gelagat pasar di kota kupang.
Serapan masyarakat cukup besar namun tidak serta merta diambil bersamaan
karena fasilitas cool storage yang belum tersedia. Jadi menata waktu masuk kandang adalah
solusinya.
Mama Tungga saat memberikan pelatihan
Mama Tungga saat memberikan materi pelajaran
Satu waktu, apa yang dilakukan oleh Mama
Tungga tercium oleh lembaga pelatihan yang ada di kota kupang yaitu Balai Besar
Pelatihan Peternakan Noel Baki. Melihat
komitmen masyarakat yang begitu besar untuk memajukan dirinya, BBPP kemudian
menyarankan agar kelompok TungBers membentuk badan hukum pendirian Pusat
Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya atau yang disingkat P4S. Lembaga tersebut bertujuan bukan hanya
menjadi tempat pelatihan bagi anggota kelompok TungBers semata, tetapi seluruh
masyarakat kota Kupang, Seluruh Masyarakat Pulau Timor, seluruh masyarakat
Propinsi Nusa Tenggara Timur bahkan seluruh Indonesia dapat menimba ilmu di P4S
TungBers. Ibarat Mata Air, Mama Tungga memenuhi dahaga masyarakat NTT
bahkan Indonesia yang meneguk ilmu di P4S yang dikelolanya.
Mama Tungga saat melatih dilapangan
Foto bersama peserta pelatihan menjelang pulang
Waktu itu bulan mei 2013. Musim kering hendak memuncak lagi, penulis
beserta beberapa rekan berkunjung ke markas mama tungga dikelurahan tarus
kecamatan kupang tengah kabupaten kupang propinsi nusa tenggara Timur. Rekan rekan penulis berasal dari bali,
lombok, jawa, medan, dan tidak ketinggalan dari NTT sendiri. Pada puncak kemarau, persawahan mereka
tertanami dengan sayuran dan buah semusim,
mereka mendapatkan air dari sungai yang volume airnya semakin membaik
karena selama ini mereka juga melestarikan hutan. Penulis hanya berdecak kagum.
Suasana pemberian materi oleh Mama Tungga
Menulisi
buku tamu ketika pertama kali datang pada kelompok tani merupakan pengalam
menarik tersendiri bagi penulis. Sebab
dengan membolak balik halaman buku tamu, dapat diketahui siapa saja orang-orang
yang pernah berkunjung ke tempat ini.
Tertulis disana nama-nama orang penting BPSDM Pusat Kementerian
Pertanian, nama nama yang berasal dari Jawa, Bali, Kalimantan, Maluku,
Sulawesi, NTB, NTT, bahkan Timor Leste.
Mulai Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, Siswa Sekolah, dan masih banyak
lagi yang datang kesana dengan keperluan berkunjung dan belajar. Menurut mama tungga jumlah pengunjung di P4S
telah mencapai 3 Buku Tamu dengan jumlah baris 5 Ribu lebih data pengunjung.
Peserta Pelatihan bersama penyuluh setempat dan
pegawai BBPP Noelbaki
Siswa SMK yang datang ke P4S Tungbers
dalam rangka mengikuti Praktek Kerja Lapangan dari sekolahnya. Kurikulum mereka selama berada di Mama Tungga
disusun antara pihak sekolah dan P4S.
Mereka diajarkan tentang jiwa kewirausahaan, disemangati dengan kalimat
kalimat yang menggugah dari ucapan khas Mama Tungga dan dipoles dengan cinta
kasih antar sesama. Beliau sering sekali
mengucapkan kalimat ini “Saudara-saudara yang datangnya dari jauh, entah apa
yang membuat saudara datang ke sini dinegeri kering bernama Nusa Tenggara Timur. Terakhir sebelum semuanya menjadi seperti
sekarang ini, tempat ini adalah bukti sejarah kekeringan. Namun atas itu semua hanya satu yang tersisa
untuk memulai segalanya, yaitu cinta Kasih.”.
Perjuangan dalam belasan tahun telah merubah
wajah dusun menjadi jauh lebih baik.
Para perantau telah kembali dan berbuat bersama dengan Mama Tungga. Dalam satu Bendel File yang disimpannya Mama
Tungga membeberkan berbagai prestasi Kelompok TungBers dalam berbagai
Even. Melalui sertifikat penghargaan
yang begitu banyak penulis percaya bahwa perjuangan Mama Tungga telah sampai
pada level nasional bahkan dijadikan pembicara untuk kegiatan kegiatan
penguatan kelembagaan masyarakat dan kegiatan pelatihan pertanian.
Mama Tungga Menunjukkan sertifikatnya dengan
bangga
Ajaran dari keyakinan mama tungga tentang
kasih telah membawa masyarakatnya pada kehidupan yang lebih baik. Ibarat seorang yang menebar benih suatu saat
pasti menuai hasil. Jika kita berbuat
baik karena kasih kita kepada mereka, walaupun mereka melakukan penolakan dan
perlawanan tetaplah bersabar karena yang kita lakukan adalah kebaikan. Suatu saat orang orang yang melakukan
penolakan akan tahu bahwa jalan yang kita ajak adalah jalan kebaikan.
“Niat untuk berbuat baik dengan kasih
saja belum cukup. Dalam perjuangan
dibutuhkan keuletan dan kesabaran.
Keuletan akan membesarkan karya kita sementara kesabaran adalah sebentuk
komitmen untuk tetap berada pada jalur yang kita inginkan.”. gumamnya mantap. Mama tungga telah menjadi guru bagi keluarga besarnya, bagi Pulau Timor, Bagi NTT dan Bagi Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar