Minggu, 11 November 2012

Selamat Bersekolah Petani Indonesia

Pagi yang cerah setelah semalaman persawahan ini digempur gemuruh guntur dan kilat bergantian, air hujan masih tampak enggan meninggalkan ayunan dedaunan yang memanjanya, butirannya masih kuat menyilaukan semesta, memberikan sinyal sinyal kesuburan tatkala diterpa cahaya mentari pagi. sesekali luapan kegembiraan burung pipit menuruni dahan meluncur bebas ditanah persawahan, menyeruput ulat yang berjalan risih di atas tanah yang lembab.  Penulis masih berdiri lepas dipinggir jalan usaha tani sambil berusaha mencerap tema kehidupan hari ini.

Kisah hujan semalam kemudian riuh menjadi pembicaraan petani yang mulai berdatangan satu persatu diareal persawahan, mereka puas dengan hujan yang mengguyur semalam, rasa syukur tak henti hentinya terucap dari bibir mereka satu persatu.  sementara mereka berkumpul, sekawanan petani dengan senyum selebar ember datang bersama hand traktor kesayangan mereka, rupanya hujan semalam telah dapat dimanfaatkan untuk membajak tanah pagi ini.

Babak baru telah dimulai, sejuta harapan mulai dianyam dalam benak petani.  benih-benih padi mulai ditabur, pagar-pagar diperbaiki, saluran-saluran irigasi dibenahi.  semuanya bergerak tanpa terkecuali, anak-anak petani, dengan nyanyian dangdut menggema dari saku-saku baju mereka, handphone merek china telah mendominasi selera kesenian mereka menggunakan MP3 ketimbang menggunakan seruling bambu maupun serunai.  inilah kehidupan yang terus berjalan.

Bertani menurut mereka bukan sekedar cara untuk mendapatkan sesuap nasi, jauh dari itu bertani adalah budaya yang membingkai keseluruhan hidup mati mereka.  mereka sadar bahwa dengan bertani mereka dapat mencerap makna kehidupan dengan lebih dalam.  Bertani memunculkan kearifan dalam memandang alam sebagai  ibu yang menyayangi mereka.

Namun tidak serta merta kesadaran budaya itu memunculkan kesadaran organismik dalam bertindak.  Arus modernisasi pertanian telah cukup banyak mempengaruhi cara bertindak mereka. Sebagai gambaran jika dahulu untuk mengusir walang sangit menggunakan buah maja, maka sekarang petani menggunakan racun serangga, dahulu dalam mengolah lahan menggunakan kerbau sebagai penariknya, sekarang mereka menggunakan mesin.  Sekarang mereka benar benar telah berubah.

Mengembalikan memori kearifan organismik mereka belumlah telat, sebab penggalian-penggalian atas pengetahuan lokal mereka telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti perguruan tinggi.  Mulai dari kemampuan masyarakat dalam membaca curah hujan tahunan apakah akan banyak hujan atau akan sedikit hujan dalam setiap tahunnya.  Pengetahuan para peneliti tentang penyubur tanah juga semakin baik, mereka memperkaya inovasi dengan memadukan pengetahuan mikrobiologi modern dengan kearifan lokal sehingga diciptakanlah pupuk bokashi.  Pada intinya telah banyak yang dilakukan peneliti.

Transformasi pengetahuan petani kepada peneliti yang kemudian dipantulkan lagi kepada petani adalah ide tentang menyegarkan kembali ingatan petani tentang kearifan masa silam.  Sebenarnya pengetahuan pengetahuan tersebut telah tersedia di alam tergantung kepada petani apakah mau mempelajari gejala-gejala alam  sekitarnya atau hanya mengandalkan kemampuan modernisasi pertanian dalam menangani permasalahan usahanya.  Dalam mencandra kejadian kejadian alam penulis mengingatkan sebuah kalimat bijak yang telah banyak digunakan sebagai motto dalam pembelajaran alam dewasa ini: "Mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan saya faham, dan menemukan sendiri, saya kuasai.".

Kementerian pertanian pun tidak tinggal diam dalam upaya mengembalikan kearifan lokal masyarakat tani, melalui program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu, para instansi teknis terkait bekerjasama dengan segenap penyuluh bahu membahu mensukseskan program sarat manfaat tersebut.  Pengelolaan tanaman terpadu merupakan pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT) dan iklim secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktifitas, pendapatan petani dan kelestarian lingkungan.  Hakikatnya Kementerian Pertanian mem program kegiatan tersebut untuk kepentingan kemaslahatan jangka panjang.

Akhirnya penulis menemukan tema kehidupan hari ini,  "Mendengar saya lupa, melihat saya ingat, melakukan saya faham, dan menemukan sendiri, saya kuasai.". Selamat Bersekolah Petani Indonesia melalui SL-PTT.



1 komentar:

  1. tema kehidupan berikutnya adalah, "menekuni kita menikmati, bersyukur landasanmya, dan iman dan taqwa pondasinya."

    BalasHapus