Minggu, 08 September 2013

Jiwa-Jiwa Yang Berkelana di Kampus UGM Yogyakarta.




Gedung Rektorat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pernah sekali aku melihatnya dimuka pintu sekretariat HmI Komisariat Sosial Politik Universitas Gadjah Mada.   Pria berbadan tinggi, kurus, muka belepotan, rambut memerah, tak pernah mandi, jaket kumal dan bau asbak rokok itu menggandeng seorang wanita berparas cantik, wangi, bersih, dan sopan.  Sontak hatiku menilai bahwa kejadian penggandengan itu antara dua insan yang tidak sepadan.

Sekarang kali kedua aku melihat perempuan cantik itu duduk ditangga Graha Sabha Pramana Auditorium Kampus Universitas Gadjah Mada dengan baju yang sama laksana pakaian putri.  Bersama sebuah gitar ia melantunkan lagu yang belum pernah aku dengar sebagai tangga lagu musik indonesia.  “Mungkin itu lagu baru.”. gumamku dalam hati. Kali ini ia sendiri, tidak ada laki-laki kumal itu yang mendampinginya.

Aku mendengar suaranya dari sisi barat gedung itu dalam perjalanan pulang ke kosan dari pintu masuk utama UGM untuk sesuatu kepentingan tugas dari dosenku, kebetulan kosan yang ku sewa berada didepan Fakultas kehutanan UGM dan aku tidak punya kendaraan untuk menghindar dari jalan diseputaran Auditorium itu.  Lantunan yang merdu berharmoni dengan bunyi getar dawai,  seperti tere tetapi ini lebih merdu, nada-nada gitarnya tidak dapat ku nilai karena aku memang tidak tahu tentang gitar.  Tetapi menikmati musik itu adalah hobiku.

Pertama aku cuma heran jika ada orang dengan suara selevel artis bernyanyi-nyanyi sendiri dalam pelukan dingin Graha Sabha Pramana, ditemani temaram lampu merkuri ia menghabiskan bait-bait yang sesekali ditolehnya pada sebuah kertas dijepitan jari kakinya.  Aku terduduk pada jarak kira kira 5 meter darinya dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara dalam setiap langkah.

Gedung Auditorium Graha Sabha Pramana UGM

Setelah permainan gitar yang sangat emosional mencapai petikan terakhir ia menghentikan musiknya,  menghela nafas panjang dan terasa sekali dari seluruh ekspresinya ia merasa puas.  Aku juga puas mendengar harmoni dua suara yang luar biasa itu.  Namun bait-bait itu membuatku merinding dalam malam yang semakin larut.  Kira-kira waktu itu jam menunjukkan pukul 1 dinihari.  Syair lagunya yang sempat ku rekam dalam kepala seperti ini:
            Pada satu kegilaan kau mengajakku ditempat ini
            Dihari hampir subuh saat semua orang masih jauh dari bangunnya.
            Bukannya kau mengajakku bergembira disini dengan tema fikirmu
            Tetapi malah kau mengajakku mati
            Aku menghalangimu tetapi kau tetap berkeras
            Aku tak berdaya menghentikanmu
            Kau bilang bosan dengan tema fikir manusia yang melulu
            Tak ada lagi tujuan
            Tak ada lagi alasanmu hidup.

Kudekati ia yang berurai air mata, ia menolak dengan tanda dari tangan kirinya.  lalu tertunduk kaku menutupi muka dengan lututnya yang basah.  Rambutnya mewangi khas perempuan perempuan masa kini.  Aku juga tidak melanjutkan sapaanku. Aku  terduduk disampingnya.  Rupanya ia sedang bersedih.

Aku seolah faham apa yang menimpanya melalui kandungan bait-bait syair yang dilantunkannya itu.  Hatiku terpanggil untuk sekedar berbicara dengannya.  Rupanya malam itu ia tak ingin bicara dengan siapapun.  Ia hanya ingin sendiri ditemani desir angin disela pepohonan taman biologi UGM dengan gitar disebelahnya dan mata yang berair.  “Enyahlah !” usirnya kepadaku.

Aku beranjak dari dudukku.  Kutitipkan sebuah kartu nama jika saja ia mau menghubungiku besok pagi, lusa atau kapanpun ia mau.  Sial, mengapa juga aku terjebak dalam rasa hati untuk membantu orang dengan masalah seperti ini.  Bukannya lebih baik melupakan apa yang pernah aku dengar lalu tidak perlu khawatir untuk bertemu dengan masalah jika ia menghubungiku suatu waktu nanti?

Ah sudahlah, sudah seminggu malam itu berlalu dan ia belum juga menghubungiku.  Aku sudah tidak lagi awas dengan handphone ku jika ia menghubungi atau mengirimkan pesan singkat kepadaku.  Aku sudah merasa bebas.  Tiba-tiba handphoneku berdering tanda pesan masuk.

Dengan cekatan jempol kananku membuka sms itu dan ternyata dari seseorang yang mengirimkan bait lagu pada malam itu.  Dan dibawahnya ia tuliskan “hubungi aku sekarang, jika perlu bantuan!”.

Segera aku membalasnya dengan sms juga karena kebetulan lagi tidak punya pulsa. “dimana?”. Fikirku ia akan membalas segera dimana ia akan menungguku, tetapi rupanya malam itu tidak ada lagi balasan sms darinya.

Pagi-pagi sekali sebelum satupun toko terbuka dikompleks kosanku.  Aku menggedor rumah seorang tetangga yang sudah akrab denganku untuk diisikan pulsa.  Semalaman aku tidak tidur hanya untuk menunggu sms yang memohon mohon untuk meminta pertolongan.  Tetapi dengan sombong pula ia tidak menjelaskan dimana.

081355188618 terdengar bunyi tuuuuuuuut..... tuuuuuuuut..... tuuuuuuut..... tanda nada terima dari handphone seseorang yang mengirimkan sms kepadaku semalam.  Ia mengangkatnya dan menyampaikan salam.  Selamat pagi, ini dengan siapa ya? Ucap dari suara seorang laki-laki dari ujung pembicaraan disana.

Semakin mumet rasanya permasalahan ini.  “Lho mbak yang mengirimkan sms kepadaku mana mas?”.  Tanyaku dengan kaget kepada suara itu.

“Ini handphoneku mas, aku tinggal dijogjakarta kuliah di UGM.  Kalo tidak percaya datang saja ke kosan Karang asem CT 3 / 12 B Kelurahan Caturtunggal Depok Sleman Yogyakarta”.  Ungkapnya.

“Lho itukan alamat kosanku.  Kita satu kosan kalo begitu.”.  aku keluar dari kamar dan ia juga keluar dari kamarnya.  Handphone ku matikan.  Ia memberikan tanda dari ujung sebelah utara dan aku juga memberikan tanda dari ujung sebelah timur.

Kami membahas apa yang sedang terjadi.  Rupanya malam itu kartu nama yang bertuliskan Erwan Saripudin yang aku berikan tidak diambil oleh perempuan itu.  Kartu nama itu ditindih dengan batu kerikil bersamaan dengan bait syair yang ditulis tangan itu.  Tulisannya cantik secantik orangnya saat bertemu dikomisariat HmI Sospol UGM pada waktu itu.  Akhirnya tetanggaku menemukannya pada pagi hari disaat Sunday morning dikampus UGM.  Ia menganggap ini pastilah kisah misterius yang berhubungan dengan aksi bunuh diri atau semacamnya.  Tetanggaku kayak intelijensaja.

Sebulan kemudian berlalu, hingga pada sebuah siang di Fakultas Kedokteran Hewan terjadilah peristiwa itu.  Teleponku berdering dari sebuah nomor 087863752837.  “Nomor tanpa nama lagi.”.  Imbuhku sambil memencet tombol warna hijau dari hp butut nokia 2100 pemberian kakak 3 tahun yang lalu.  “Halo, ini dengan siapa? Apakah anda termasuk salah seorang keluarga dari  perempuan berbaju seperti putri ini?”.   Pertanyaan mengagetkan dari seberang pembicaraan sana.

“ini siapa? Dan perempuan itu dimana?”.aku balik bertanya 

“Ini dari kepolisian yang sedang menyelidiki kasus percobaan bunuh diri seorang perempuan!”. Polisi ini berusaha menerangkan.  “Bapak sebaiknya segera ke TKP di Fakultas Kedokteran Hewan UGM.”. ajaknya.

“Baik Pak.”. aku menyahut ajakan itu.

Lima menit dari kosanku aku telah tiba di TKP.  Aku dijadikan saksi atas simbah darah perempuan berbaju putri tetapi tanpa luka sedikitpun dianggota badannya. Nomor hp ku adalah satu-satunya nomor yang ia simpan di handphone samsung galaxy mini miliknya.  Polisi sudah mencari-cari nomor yang lain tetapi tidak menemukan nomor atau pesan apapun.  Polisi menduga ada hubungan yang kuat antara perempuan itu denganku.

Dipintu rumah sakit perempuan itu siuman dari pingsannya.  Mukanya pucat pasi, lingkar matanya menghitam dan bajunya telah lusuh.  Selama ini ia bersembunyi dalam cool storage ternak potong milik Fakultas Peternakan, entah bagaimana ia keluar dari cool storage itu.  Bajunya terlumuri darah hewan yang digantung di cool storage itu.  Pertanyaan yang berputar dibenakku mengapa ia bersembunyi? Dari apa ia bersembunyi?

Dalam bangsal perawatan aku menemaninya selama beberapa hari.  dihari keempat kulihat senyum di bibirnya.  Tenaganya mulai pulih, cekungan matanya tampak segar dan bibirnya tak lagi retak.  Selama dalam persembunyian rupanya perempuan ini tak makan dan minum.  Aku terus mendekatinya hingga pada hari yang berbahagia itu ia mulai berbicara.

“Aku mengejar ia yang telah terbang ke Fakultas Peternakan setelah malam itu. Aku bermain bersamanya disela sela tanaman perdu taman fakultas, berlarian kesana kemari hingga gelap dan aku terperangkap di tempat dingin itu.  Mereka mengunciku dari luar dan aku tak bisa keluar.”. ungkapnya perlahan.

“siapa yang kau kejar itu?”. Tanyaku penasaran.
“ia yang membuat jiwaku cenderung padanya, ia yang telah berlaku tidak adil yang menyisakan jiwanya untukku dikampus besar itu, sedangkan jasadnya telah pergi jauh kekampung halamannya di NTB sana.  Ia yang setiap hari menjelaskan banyak hal tentang hidup, dia yang ku kejar kejar hingga ke cool storage Fakultas Peternakan.  Mungkin saja jiwa itu ingin mendekapku lalu ia mencari jasad untuk membuat dirinya menjadi nyata.  Lalu jiwa itu menemukan jasad hewan yang tergantung kaku dalam cool storage. Ia merindukanku. Jiwa itu rindu padaku.”. ceritanya dengan mata berkaca, Lalu ia memelukku.

Keesokan paginya ia menjelaskan bahwa ia juga memperhatikanku saat di komisariat HmI sospol waktu itu, Itu adalah tempat mangkalnya lelaki yang kuanggap kumal itu. “Aku melihatmu pada hari itu dan aku yakin itu adalah hari yang besar.”. ungkapnyatersipu malu.
“Namanya Gaza, berhidung mancung dengan bola mata hitam dan bulu mata lentik.  Dulu ia adalah lelaki tergagah yang ada di markas komisariat itu, setelah banyak menyelami buku buku filsafat ia bukannya semakin gagah tetapi semakin tampan.”. ungkap perempuan yang belakangan mengaku bernama yati anugrahwati itu.

Bulan demi bulan kami bersama saling berbagi.  Menyembuhkan hatinya yang luka, dan saling jatuh cinta. Hingga pada tanggal 20 November 2011 kami melangsungkan pernikahan yang semarak dikampung halaman.  Sekarang putra pertama dari buah cinta yang indah itu kami berikan nama seperti nama lelaki tampan itu “Gaza”. 

Aku mengajak perempuan yang telah menjadi istriku beserta anakku untuk berlibur ke kampus UGM guna menapak tilasi perjalanan unik keluargaku, menjadikannya sebagai ritual pengisian jiwa yang berkelana si Gaza yang tampan pada tempat baru dalam tubuh putra kami.  Semoga jiwa keduanya berdamai dalam satu raga.  MakaJiwa lelaki tampan itu telah menemukan kembali tempatnya.

Putra pertama kami "Gaza"


Untuk Putra Pertamaku
yang berulang tahun pertama pada 22 september 
dan aku tidak berada disisinya 
karena menimba Ilmu di kampus 
UGM Yogyakarta.

Yogyakarta, 8 September 2013

1 komentar:

  1. ini beneran gak sih >? sempet bingung sama ceritanya.. hehee salam saya mahasiswa UGM 2011 dari kampus yang tidak jauh dari gedung pusat UGM

    BalasHapus