Kamis, 12 September 2013

Nenek Ti’no: Teladan dalam Perlindungan Kesehatan Keluarga



Mencari model baru perlindungan kesehatan keluarga di Indonesia.






- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf







- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf


Nama beliau Ti’no, tepatnya Nenek Ti’no, tinggal di Desa Ara Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan.  Sejak 15 tahun yang lalu saya tidak pernah lagi berjumpa dengan beliau yang kini telah berumur  sekitar 100 tahun, namun beliau masih sehat wal’afiat.  Beliau memiliki tiga orang putra dan dua orang putri,  membesarkan anak-anaknya sendiri sebagai orang tua tunggal setelah ditinggal terlebih dahulu oleh sang suami menghadap sang Ilahi, memang menjadi tugas berat yang harus diembannya.  Suaminya meninggal disaat anak-anak mereka masih kecil,  tugas membesarkan anak dijalaninya dengan hati yang lapang dan tak pernah putus asa.  Beliau adalah Ibu dari Bapak kandung saya, alias Nenek saya.

Sendiri membesarkan anak berjumlah 5 orang tentulah tidak mudah,  terlebih sang suami belum sempat mewariskan tanah dan lahan untuk berusaha.  Segala daya upaya dilakukan dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna.  Namun bagaimana melaksanakan peran itu dalam  keterbatasan ekonomi , hingga beliau dan anak-anaknya mampu bertahan hidup hingga sekarang, Bahkan umur beliau dianggap sebagai umur yang tak lazim bagi kebanyakan orang.

Angka Harapan hidup dicirikan dengan umur yang panjang, dan ini menjadi keinginan setiap orang. Setiap orang rela berkorban apa saja untuk dapat menikmati umur panjang.  Banyak peneliti diberbagai negara berusaha mengetahui dan mempelajari berbagai macam kebiasaan orang-orang yang berumur panjang. Rahasia rahasia umur panjang banyak dimuat berbagai artikel artikel untuk dibaca oleh setiap orang, namun apakah itu telah membuat setiap orang berumur panjang?.

Kembali lagi pada cerita nenek saya, bahwa satu hal yang sangat beliau perhatikan dalam membina keluarga adalah menyangkut kesehatan.  Kesehatan menurut beliau sangatlah penting dalam menjalani hari-hari sebagai seorang ibu sekaligus sebagai seorang ayah.  Anak-anak beliau juga selalu dipastikan dalam keadaan sehat, mereka ditanamkan pengertian tentang pengelolaan kesehatan agar tidak terserang penyakit yang dapat merepotkan kondisi keuangan keluarga.

Kesehatan menurut beliau tergantung bagaimana cara melindunginya,  perlindungan kesehatan tentunya memiliki sistem.  Beliau sering mengajarkan cuci tangan sebelum makan, cuci tangan setelah dari kamar kecil, membuka jendela rumah dan jendela kamar setiap hari, mengatur sistem pembuangan keluarga agar tidak dihinggapi serangga karena membusuk, menjaga kebersihan dapur, membersihkan tempat tidur sebelum tidur, dan masih banyak lagi tips tips kesehatan yang diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.  bahkan lebih mendetail beliau ungkapkan perbedaan cara mencuci sehabis buang air besar bagi perempuan dan laki-laki,  ini agar tidak terkena penyakit perut menurut beliau.

Sejak mengenyam bangku sekolah dasar saya diajarkan oleh guru bahwa manusia senantiasa memproduksi zat ekskresi yang disenangi oleh kuman penyakit, kemudian untuk membersihkannya pun manusia menggunakan air yang jika dibuang pada sistem yang tidak tertutup akan mengundang kuman penyakit berkembang digenangannya, sampah yang diproduksi keluarga juga merupakan sarang-sarang kuman penyakit yang berbahaya.  Ketika saya bacakan hal itu kepada nenek saya sepulang sekolah beliau mengungkapkan bahwa itulah prinsip beliau dalam mengelola kesehatan yaitu dengan mengelola kebersihan.  Bersih pangkal sehat pungkas beliau jika dahulu kami sering menyapanya ketika lagi menyapu.

Namun tidak selamanya sistem kebersihan yang dibangun selalu dalam keadaan yang diharapkan,  terkadang beberapa waktu terjadi kealpaan untuk membersihkan sisa sisa bermain anak-anak,  lalu mereka lupa mencuci tangan, sehingga mereka sakit.  Namun mereka dalam komunitasnya memiliki kebun obat-obatan yang dapat menangani beberapa penyakit yang tidak terlalu berbahaya, kebun itu dirawat oleh seorang  tabib.  Jika anak demam mereka memiliki “ tanaman pace” untuk ditumbuk dan ditaruh dikening si anak, keesokan harinya si anak sembuh. 

Melihat apa yang dilakukan oleh nenek saya tersebut, walaupun tidak dijelaskan secara sistematis saya dapat mengetahui bahwa dalam melindungi kesehatan keluarga beliau memiliki benteng perlindungan 3 lapis.  Lapis pertama merupakan benteng untuk menangkal serangan penyakit melalui lapisan paling luar yaitu melalui budaya hidup bersih.  Lapis ini yang contohnya cuci tangan sebelum makan, kemudian membuka jendela setiap hari, membersihkan tempat tidur, mandi dua kali sehari. Dari ketiga lapisan perlindungan ini, lapisan pertama adalah yang paling murah biayanya.

Lapis kedua merupakan benteng bertindak segera ketika ada penyakit yang menghampiri, lapis ini bisa juga disebut peringatan dini. Tanaman obat keluarga menjadi solusi pertama untuk menangani masalah yang muncul pada lapisan ini, kemudian mengupayakan melakukan evaluasi pada benteng lapisan pertama. Biaya perlindungan yang digunakan pada lapisan kedua lebih banyak dibanding lapisan pertama dan lebih sedikit dibanding lapisan ketiga.

Lapis ketiga merupakan lapisan perlawanan habis-habisan.  Dimana seluruh kekuatan dikerahkan untuk melawan penyakit yang telah menjangkiti.  Pada lapisan ini, perlu evaluasi menyeluruh pada benteng lapisan pertama dan kedua agar tidak menyebabkan penyakit yang sama pada anggota keluarga yang lain.  Penanganan pada benteng pertahanan terakhir membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika telah berhasil ditembus oleh penyakit yang mengganggu kesehatan keluarga.

Belakangan ini sistem perlindungan kesehatan keluarga telah banyak ditawarkan oleh lembaga-lembaga asuransi kesehatan keluarga.  Namun sebagai koreksi saya, pelaksanaan sistem perlindungan keluarga yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga asuransi cenderung menitik beratkan pada benteng pertahanan ketiga dalam uraian saya diatas.  Hal ini tentunya tidak mendidik masyarakat mengenai cara-cara hidup sehat.

Sebaiknya sebuah lembaga perlindungan kesehatan keluarga, senantiasa melindungi kesehatan keluarga mulai dari benteng lapis pertama,  cara-cara yang sederhana dapat ditempuh berupa penerbitan tips-tips hidup bersih dan sehat, pengaturan diet, penggunaan benda-benda yang aman dalam bekerja, permainan yang aman bagi bayi, balita dan anak-anak, cara menghindari narkoba pada remaja dan dewasa, cara mencegah HIV/AIDS,  teknik teknik berolahraga yang aman, dan lain sebagainya.  Jalan ini akan mendidik masyarakat untuk hidup sehat, ketimbang konsumtif dalam membeli jasa dokter dan obat-obatan.

Untuk benteng lapisan kedua dapat berupa informasi pemanfaatan tanaman obat keluarga dimana setiap keluarga menjadi dokter herbal bagi dirinya sendiri, pengenalan jenis obat-obatan kimia, cara menggunakan kotak P3K, menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok, membebaskan diri dari minum minuman keras.  Ini semua mesti disampaikan oleh lembaga Perlindungan kesehatan keluarga.

Semua informasi diatas tentunya menggunakan kekuatan media sebagai penyampainya, baik itu berkala maupun harian, baik itu tertulis ataupun terdengar, melalui website, melalui SMS, melalui selebaran, melalui vidoe di situs Youtube, atau melalui apapun yang dapat dianggap cerewet dalam menasehati pesertanya tentang benteng pertahanan lapis pertama dan kedua.  cerewet seperti nenek saya untuk selalu cuci tangan.

Keluhan-keluhan jika terjadi gangguan lapis pertama segera dilaporkan kepada lembaga perlindungan kesehatan keluarga, begitu pula dengan pada benteng lapis kedua.  Ini agar jejak rekam kebersihan dapat dievaluasi oleh keluarga itu sendiri dengan bantuan lembaga perlindungan sebagai pengarahnya.  Saya rasa yang berperan pada benteng lapis pertama dan kedua adalah para teknisi lingkungan, atau penggiat kesehatan masyarakat.

Mungkin timbul pertanyaan bagaimana keberlanjutan penjualan jasa jika semua masyarakat telah mengetahui cara hidup sehat mulai dari benteng lapis pertama hingga benteng lapis kedua? Terlebih era digital sekarang ini memberikan semua informasi yang dibutuhkan tentang tips-tips kesehatan.  Bukankah dengan sistem perlindungan yang selama ini berlangsung telah cukup baik melindungi kesehatan keluarga para peserta? Nah ini yang menjadi persoalan jika perusahaan hanya mau mengambil gampangnya saja tetapi tidak berpartisipasi dalam mencerdaskan masyarakat tentang kesehatan keluarga.

Sebenarnya dengan masyarakat yang telah cerdas akan senantiasa mengevaluasi pengetahuannya tentang kesehatan keluarga ketika mereka telah mengetahui manfaat dari kesehatan yang mereka rasakan melalui tips-tips kesehatan yang telah mereka terapkan,  mereka senantiasa menunggu nunggu terbitan terbaru bulletin kesehatan yang disebarkan oleh perusahaan setiap berkalanya, atau malah menunggu nunggu sms terbaru tentang acara malam minggu keluarga yang sehat tanpa koleterol yang berlebihan.  Lalu dimana ruginya?

Efisiensi yang didapatkan akan jauh lebih besar ketimbang klaim yang diajukan setiap tahunnya,  kita dapat bayangkan dengan kesehatan para peserta yang membaik akan menurunkan angka klaim secara signifikan dan menurunkan jumlah klaim setiap tahunnya.  Anggaplah biaya pembuatan media merupakan kompensasi dari berkurangnya klaim.  Kita tahu sendiri kan bahwa kompensasi itu jumlahnya selalu lebih sedikit dibandingkan apa yang telah diambil. (hehe... kompensasi BBM biasanya begitu).

Di Indonesia terdapat sebuah lembaga asuransi yang terpercaya bernama Sun Life.  Saya pernah menjadi anggota pada waktu itu tetapi karena saya sering pindah tempat tinggal saya tidak mengetahui nasib keanggotaan saya.  Saya rasa Sun Life mampu menerapkan apa yang menjadi inspirasi cerita nenek saya diatas.  Sun Life adalah lembaga yang bonafit yang berani melakukan perubahan sepanjang itu untuk kebaikan masyarakat dan tidak merugikan lembaganya sendiri.

Sebagai kesimpulan, Industri Perlindungan kesehatan keluarga haruslah terus dikembangkan agar lebih sempurna dalam memberikan pelayanan kepada pesertanya.  Gambaran kisah nenek saya diatas setidaknya menjadi inspirasi bagi kita bersama dalam membangun sistem perlindungan kesehatan keluarga yang lebih baik ditanah air yang penekanannya pada menikmati kesehatan sepanjang masa dan bukan menikmati kenyamanan fasilitas kesehatan sepanjang masa.

 "tag: SUN LIFE, PERLINDUNGAN KESEHATAN, ASURANSI KESEHATAN KELUARGA"

SUN LIFE, PERLINDUNGAN KESEHATAN, ASURANSI KESEHATAN KELUARGA. - See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
SUN LIFE, PERLINDUNGAN KESEHATAN, ASURANSI KESEHATAN KELUARGA. - See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf

17 komentar:

  1. Wuah selamat yah menjadi sang jawara
    Artikelnya memang keren

    BalasHapus
  2. Selamat ya, tulisannya memang keren

    BalasHapus
  3. Selamat ya Menang juara 1 :) salam kenal

    BalasHapus
  4. Waah dari Sul Sel ki' pale' ? Selamat ya sudah mendapst juara 1. Salam kenal :)

    BalasHapus
  5. terima kasih gan infonya,
    sangat bermanfaat untuk kesehatan kita,,,
    Tips Kesehatan dan Kecantikan

    BalasHapus
  6. Wah trimakasih mas infonya senang bisa berkunjung dan kenal dengan blogger lain salam
    http://imronfhatoni.blogspot.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali mas... Setelah membaca kembali ternyata artikel ini belum sesuai dgn pnyusunan paragraf yg ideal. Hehehe maklum pas dibuat dulu blum banyak belajar

      Hapus
  7. Tulisannya sederhana tapi sarat makna. Sangat menginspirasi... selamat...

    BalasHapus