Sabtu, 10 November 2012

SETENGAH HARI BERSAMA PETANI INOVATIF

Langit belum lah mendung ketika penulis menginjakkan kaki di hamparan sawah yang menghijau di penghujung kemarau tahun ini, menyusuri pematang yang sempit dengan ragam tanaman sayuran dalam petak berbaris rapi, penulis hendak menemui seorang petani sukses yang jika melihat perkembangan tanamannya tentulah siapapun akan beranggapan bahwa pengelola lahan tersebut adalah seorang insinyur pertanian yang berpengalaman dalam membudidayakan tanaman.  Namun tak di sangka bahwa petani yang di maksud adalah seorang warga dusun yang buta huruf karena tidak pernah duduk dibangku pendidikan selama hidupnya, namun berkat keinginan untuk maju dalam bidang pertanian yang digelutinya ia terus belajar dan belajar hingga sukses seperti sekarang ini.

Ia adalah pak Mustar yang biasa dipanggil pak te', sekarang menjadi ketua kelompok tani uma peropok.  beberapa tahun belakangan ini setelah meninggalkan profesi terdahulunya yaitu berlayar, sekarang beliau giat memajukan kehidupan ekonominya yang mulai menyebar kepada anggota lainnya dalam kelompok tani uma propok yang dipimpinnya.  berbekal kejujuran, ulet, dan pandai membaca situasi pasar, pak te' menatap masa depan dengan penuh optimis.

Memasuki gerbang sawahnya yang sengaja dipagari dengan pagar bambu, nafas alam sangat terasa dengan segarnya udara saat penulis menghela nafas dalam-dalam.  Sejenak terpaku menatap indahnya heterogenitas tanaman yang melamai-lambai di terpa hembusan angin penghujung musim kemarau.  Inilah keindahan surga duniawi yang menghilangkan kepenatan bagi pecinta dunia yang terkotak dalam gedung beton.  Lambaian beberapa pohon kelapa mengisyaratkan ajakan yang hangat sebagai kawan, lalu dalam hati penulis berkata, "yah, aku akan memasuki wilayah organikmu".

Langkah pertama penulis serta-merta menengok cara membuat bedengan (bedengan yaitu petak yang biasanya berisi 2 baris tanaman dimana sisinya merupakan parit drainase ).  Penulis yakin bahwa petani ini mengerti betul tentang pengelolaan iklim mikro dipertanaman.  Bedengan itu dibuat membentang dengan arah timur barat dengan maksud supaya efisiensi sinar matahari dapat lebih tinggi dan menjaga kelembaban tanah dengan menjamin sirkulasi udara yang masuk serta sinar matahari yang menerpa tanah.  Cara ini merupakan teknik membuat bedengan untuk mendapatkan iklim mikro yang berdampak positif dalam pertumbuhan pertanaman.

Menelaah betapa detailnya pekerjaan pengelolaan lahan ini, penulis terkesima melihat sulur-sulur lembut blewah menggerayangi batang-batang kering pertanaman cabai yang telah habis masa panennya.  Buah cabai baru saja habis di panen, sekarang telah bergelantungan buah blewah segar dari dahan-dahan cabai yang telah mengering.  Penulis berdecak kagum menyaksikan pengelolaan panen berurutan yang memadukan tanaman berbeda famili dalam satu petak, cabai dan blewah ternyata berinteraksi positif untuk dipadukan.

Jika petakan sebelah kanan pematang adalah sayuran cabe dan buah blewah, petakan sebelah kiri penulis ketika menyusuri pematang sempit ini ditumbuhi dengan padi yang telah menguning.  Tampaknya beberapa hari lagi padi ini akan segera dipanen.  Terlihat dari sisi pematang bahwa padi ini menggunakan sistem Tanam Benih Langsung karena rumpunnya yang begitu besar.  Dipangkal rumpunnya terdapat goresan garis lurus yang menandakan bahwa ketika menanam benih padi tersebut, petani ini menggunakan alat tertentu dalam menanam benih padinya secara langsung. Ini pastilah kreasi inovatif yang digunakan oleh petani ini dalam menanam benihnya.

Ditengah-tengah hamparan sawah, berdiri berpuluh-buluh bilah bambu yang ditancapkan ditanah sawah sedangkan di ujung paling atas dari bilah itu dikerumuni oleh telur-telur keong yang menempel.  Cara ini merupakan sebuah tips dalam mengendalikan populasi keong emas dilahan padi.  Ketika keong bertelur di bilah bambu yang telah dipasang maka telur-telur tersebut dibiarkan mengering sehari dan keesokan harinya disirami dengan air sawah disaat matahari sedang teriknya.   " saya yakin dan pasti telur itu tidak akan dapat menetas menjadi anak keong.". ujarnya dengan nada mantap.

Petakan berikutnya terisi oleh aktifitas seorang anak sebaya usia SMP yang sedang membantu ibunya menyapih bibit tanaman bayam dari bedeng tabur.  Satu-persatu bibit kecil itu dicabut perlahan dengan penuh kasihnya, kemudian anak itu berlarian mengantarkan hasil cabutan bayam ke ibunya untuk segera ditanam. Menurut penulis, anak itu sudah faham bagaimana caranya agar bayam itu tidak stres ketika berada ditempat baru, dan si ibu juga menanamnya dengan sangat hati-hati.  Setelah penulis berbincang-bincang sejenak dengan si ibu,  ada tips khusus yang diungkapkan si ibu bahwa penyapihan bibit tanaman berdaun lebar seperti ini diusahakan agar batang bawah tidak tersentuh jari jari tangan karena bulu-bulu halus dibatang bibit akan masuk ke dalam lapisan batang sehingga pertumbuhan tanaman terhambat.  "Peganglah bagian daunnya yang penting daunnya tidak putus" imbuhnya.

Bayam-bayam kecil itu ditanam berdampingan dengan tanaman sawi yang beberapa hari lagi akan dipanen, setidaknya sawi-sawi itu sebagai naungan untuk 1 - 2 hari bagi tanaman bayam yang masih kecil kemudian sawinya dipanen dan bayamnya dibiarkan bertumbuh besar.  Penulis hanya geleng-geleng kepala melihat kepiawaian pak te' dalam mengelola lahannya sehingga dapat memadu-padankan pertanaman antar jenis, dan antar waktu. menurutnya semua sayuran yang hendak dipanennya ini lagi kosong dipasaran karena banyak petani yang memberokan lahannya akibat tidak ada air hujan. "nah, saya memanfaatkan air sumur SPS 59 itu.". ujarnya sambil tersenyum merasa puas.

Sampailah penulis di pondok sawah pak te' yang sederhana itu,  di dekat perapian untuk memasak pak te' telah menyiapkan berbatang-batang kayu bakau yang telah kering dan besar-besar.  batang-batang bakau ini sering diceritakan oleh beliau sebagai  bahan pembuatan pestisida organik.  menurutnya beberapa serangga enggan untuk mampir di daun tanaman jika telah disemprot dengan air bilasan abu kayu bakau ini.  terutama hama penggorok daun tanaman timun, blewah dan sejenisnya.  dicampurkan dengan sedikit ZPT dan EM4 abu bakau ini menghemat biaya pembelian pestisida.

Beliau kemudian membuka gudang kecilnya yang berisi peralatan-peralatan sederhana miliknya dalam mengelola lahan.  Didalam sana ada lesung batu untuk melumatkan dedaunan, ada air rendaman tembakau, air rendaman mimba, air rendaman babadotan, yang kesemuanya siap dijadikan pestisida jika diperlukan.  bahan-bahan ini efektif dalam mengusir hama dan penyakit tanaman.  Jika benar-benar tidak bisa dengan air rendaman ini baru saya menggunakan pestisida kimia.". Imbuhnya.

Dalam gudang itu juga terdapat caplak roda yang memudahkan pembuatan garis penanaman. Alat itu berupa roda sebanyak 5 buah dengan diameter masing-masing roda 20 cm dan di kedua sisi roda yang paling berjauhan dipasangi bilah pipa plastik 2 buah sebagai penoreh garis melintang dan roda sebagai penoreh garis membujur.  tanaman akan lebih teratur dan  pembuatan garisnya lebih cepat.  Dalam perawatan tanaman akan lebih mudah karena jarak tanam diatur berdasarkan kemudahan kita untuk beraktifitas didalam pertanaman.

Sederet dengan caplak roda, juga terdapat alat tanam benih langsung yang dibuatnya dari plastik bekas yang memungkinkan jatuhnya benih 3-4 biji setiap lubangnya.  dirangkai dengan pipa besi ukuran terkecil dan ditarik dengan tangan menjadikan pekerjaan 4 orang dilakukan oleh 1 orang.  lebih cepat dan hasilnya lebih rapi.

Di bawah kolong pondok mungil itu, pak te' menyusun rapi puluhan karung pupuk organik yang dibuatnya sendiri dari bahan kotoran sapinya yang berjumlah 40an ekor itu dan diseelahnya tersusun juga sekam bakar yang dikumpulkan dari pabrik penggilingan didekat rumahnya.  Pupuk organik jika ditambahkan dengan sekam bakar sangat baik untuk pertumbuhan tanaman, efisien dalam penggunaan biaya, dan aman bagi lingkungan karena tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Tidak terasa matahari telah terik diatas ubun ubun, penulis dengan kepuasan yang melampaui perkiraan pamit pulang setelah mencicipi air kelapa muda yang telah direndam didalam tanah selama semalam.  Nikmat tentunya dan kunjungan ke sawah petani inovatif seperti pak te' ini memberikan kesan tersendiri dengan kejutan yang tiada habisnya.  selamat berinovasi wahai petani, majulah petani indonesia.

2 komentar:

  1. Bunda tertarik dengan tulisan nanda ttg air rendaman babadotan sbg pestisida alami yang mengusir hama dan penyakit tanaman.tolong tampilkan daun babadotan kayak apa yang mungkin didaerah bunda lain namanya, maturnuwun


    BalasHapus
  2. http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=article&id=79:babadotan-ageratum-conyzoides-tanaman-multi-fungsi&catid=19:artikel&Itemid=9

    hati2 sama yang yang warna kekuningan yah bunda

    BalasHapus