Sabtu, 20 September 2014

Gemericik Kotak Kayu Celengan Keluarga

Ilustrasi Ayah dan Anak dalam menabung (sumber: Sunlife)


Dahulu, di rumah orang tua saya terdapat sebuah kotak kayu dari jati, kotak itu dibuat oleh ayah saat kami anak anaknya masih kecil. ukurannya sekira 25 cm x 25 cm x 25 cm, diukir dengan motif batik mencirikan mata uang, berselang seling bidang sisinya terukir timbul Rp (rupiah) dan $ (dolar), dicat dengan warna emas simbol kekayaan dan kejayaan, menempati posisi tepat di samping TV ruang keluarga, menjadikannya sebagai benda paling keramat di dalam rumah, sebuah gembok merek globe ukuran tanggung tergantung di salah satu sudutnya, kunci gembok itu dipegang ibu sebagai pemilik kuasa,  kotak itu memiliki empat buah lubang sempit seukuran kepingan logam rupiah dan masing-masing tertulis ayah, ibu, kakak, dan adik pada setiap lubangnya, maka kami pun tahu maksud ayah mengapa kotak itu dibuatnya, kotak itu adalah celengan keluarga, seisi rumah menyebut kotak itu sebagai kotak cita cita.
--------<<<0>>>--------

Kami adalah tiga bersaudara putra semuanya, kakak saya paling besar berumur 10 tahun, kakak diatas saya berumur 8 tahun, dan saya paling bontot berumur 6 tahun.  Pernah satu waktu kami dikumpulkan oleh ibu bersama ayah, membicarakan tentang keinginan keinginan, keinginan apa saja tentang yang paling diinginkan.  Kakak sulung saya ingin memiliki sebuah sepeda BMX untuk digunakan ke sekolah, pas waktu itu rata rata temannya memiliki BMX yang lagi ngetren, kakak yang kedua tidak ingin memiliki apapun kecuali kelengkapan tamiya bersama sirkuitnya, dan saya sendiri belum diikutkan menyampaikan keinginan dalam acara rembug keinginan itu karena masih kecil.  Keinginan keinginan itu dicatat masing masing pada tabel selembar kertas lalu dimasukkan dalam bingkai berkaca dan digantung pada dinding samping tv ruang keluarga.

Enam bulan setelah rembug, ibu dan ayah mengumpulkan kami kembali, tidak lagi membicarakan keinginan keinginan, tetapi sebuah acara membuka gembok celengan.  selama enam bulan saya diminta ibu sesekali memasukkan uang ke celengan, tentunya uang celengan atas nama ibu. Semuanya memasukkan uang ke celengan, ayah, kakak sulung, kakak kedua.  Uang uang itu ternyata bermuara pada satu hari yaitu hari pengadaan keinginan keinginan.

Ibu menurunkan bingkai keinginan dan membacakan kembali tulisan ayah yang ingin membeli mesin gergaji baru, tulisan ibu yang ingin membeli mesin jahit baru, tulisan kakak sulung yang ingin membeli sepeda BMX baru dan tulisan kakak kedua yang ingin membeli mobilan tamiya.  Bingkai itu diletakkan kembali dan kami semua antusias.

Kotak pun dibuka, Kotak itu memiliki 4 kotak plastik di dalamnya, setiap kotak dikeluarkan satu persatu lalu uangnya dihitung dan dicatat, setelah semua kotak plastik dikeluarkan dan dihitung, ibu kemudian membuka daftar harga barang yang telah di surveinya, mesin gergaji baru, mesin jahit baru, sepeda BMX dan mobil mobilan tamiya beserta sirkuitnya, setelah penghitungan uang celengan, ternyata jumlah uang yang dikumpulkan hanya cukup untuk membeli mesin gergaji, sepeda BMX dan mobil tamiya. 

Waktu itu ayah legowo dan rela mesin gergaji baru ditunda pembeliannya supaya digantikan mesin jahit baru untuk ibu, tetapi ibu menolak membeli mesin jahit karena mesin gergaji sangat dibutuhkan ayah sebagai tukang kayu dan jauh lebih penting dari sekedar mesin jahit yang hanya sekedar hobi, dari sudut pandang lain ayah juga menjelaskan bahwa mesin gergaji miliknya masih bisa dipakai, jika sesekali macet dapat beralih menggunakan gergaji tangan manual. Hasilnya tetap saja ibu menolak usulan ayah untuk menunda pembelian gergaji. Ibu menutup pembicaraan dengan pernyataan bahwa mesin jahit bisa enam bulan berikutnya, dan tidak mendesak.

Keesokan harinya ayah mengajak kami ke kota yang berjarak 60 km dari rumah, menumpangi bis untuk membeli sebuah gergaji mesin baru, sepeda BMX dan mobilan tamiya.  Setiba di rumah semuanya bergembira lalu bersemangat mengumpulkan kembali setiap recehan untuk memenuhi keinginan ibu. Semuanya bersepakat membingkai lagi keinginan keinginan yang lain jika mesin jahit ibu telah terbeli.  Sebenarnya bisa saja barang-barang itu dibeli berbarengan setelah uang mesin jahit baru untuk ibu cukup, tetapi karena gergaji mesin adalah modal kerja ibu berkeras untuk mengadakannya sesegera mungkin.  Tidak butuh waktu 6 bulan untuk mengumpulkan tabungan pembelian mesin jahit, dengan mesin gergaji baru yang ayah punya, ayah semakin dipercaya oleh banyak kalangan untuk pesanan mebel rumah tangga.

Periode celengan berikutnya telah mulai melibatkan saya dengan menuliskan keinginan, waktu itu saya menuliskan keinginan  yang sangat sederhana bagi banyak teman sebaya saya waktu itu, tetapi sangat luar biasa bagi saya jika dapat memilikinya, keinginan tersebut yaitu sepasang sepatu baru berlampu kerlap kerlip di alas solnya.  Saya mengagumi kotak kayu itu karena dalam waktu enam bulan ia berfungsi seperti  lampu Aladdin yang mengabulkan keinginan saya, sepasang sepatu berlampu kerlap kerlip.

Sepenggal kisah tabung menabung di atas merupakan tradisi yang dikembangkan ayah dan ibu kami sekitar tahun 1990 pada sebuah desa di NTB.  Waktu itu tepat tujuh tahun menjelang krisis moneter 1997 di Indonesia, negara diwabahi ketidakseimbangan ekonomi, hal ini terlihat dengan sangat sedikitnya uang yang beredar di desa, ketidakseimbangan dibuktikan oleh banyaknya tetangga kami yang memilih bekerja sebagai kuli sawit di negeri jiran Malaysia, serta banyaknya perempuan desa yang merantau ke tanah kelahiran para nabi demi sesuap nasi dan bukan berhaji, waktu itu jarang ada pembelian tunai dari keluarga tukang kayu seperti keluarga kami, ibu dan ayah menyiasatinya dan menunjukkan solusi kepada kami cara-cara bijaksana menghadapi kesukaran melalui pengelolaan uang yaitu menabung.

Jika disistematisasi apa sebenarnya yang diajarkan oleh ayah dan ibu dengan kotak celengan, tentu membawa decak kagum bagi kami anak-anaknya ketika kami sudah dewasa sekarang ini, Ayah dan ibu membangun karakter kami sebagai orang timur melalui pengajaran nilai nilai budaya yang luhur seperti mufakat, menghargai pendapat orang lain, menghargai orang yang lebih tua, menghargai perbedaan pendapat, menjunjung tinggi hasil kesepakatan, komitmen akan kebersamaan, dan membantu sesama. selain itu ayah dan ibu juga mengajarkan tentang kepemimpinan melalui penentuan tujuan dan cara mencapai tujuan, kemudian ayah dan ibu juga mengajarkan pengelolaan uang, bagaimana mendapatkannya, bagaimana mengembangkannya, dan bagaimana membelanjakannya.

Ketiga hal di atas mulai dari pembangunan karakter, kepemimpinan maupun pengelolaan uang menjadi satu paket lengkap pendidikan kami di usia dini.  semuanya bermula dari menabung sebagai satu kata sakti yang jika dilaksanakan dapat menyelesaikan banyak persoalan kehidupan, di seluruh dunia kisah kisah orang sukses dunia diawali dengan menabung, konon katanya demi menabung para pengusaha Tionghoa di Indonesia merelakan biaya hidupnya hanya sebesar 20 persen dari pendapatannya walaupun modal yang diputar masih relatif kecil, prinsip orang Tionghoa adalah mengembangkan usaha jauh lebih penting dibanding uang yang dikonsumsi.  Ayah dan Ibu sepertinya ketularan menabung dari pedagang pedagang Tionghoa yang banyak membuka toko di sekitar rumah.

Salah satu tokoh sukses nasional yang saya kagumi dan pandai menyisihkan uangnya untuk digunakan berusaha adalah Bapak Chairul Tanjung (CT),  sejak kecil beliau telah ditanamkan karakter orang besar dalam berusaha yaitu menabung.  Menabung yang dianut  CT adalah investasi pada usaha yang diyakininya akan sukses dan bukan di bank, bank hanyalah tempat menitip bukan menabung.  Keadaan hidup yang didera kesukaran sejak kecil membuat bapak CT memutar otak untuk melanjutkan hidup, ketika memasuki masa kuliah bapak CT memanfaatkan waktu tersebut sebaik mungkin.  CT muda menabung di usahanya, bekerja keras mengembangkan tabungannya mulai dari usaha fotokopi, jual beli mobil bekas hingga penjualan alat alat dokter gigi kebutuhan mahasiswa kedokteran gigi waktu itu.  Setiap usaha yang dijalankannya senantiasa sukses karena dilakukan dengan pendalaman terlebih dahulu melalui survei dan banyak bertanya.  Kepemimpinan dan pengelolaan uang tampak terbalut oleh nilai nilai ketimuran sebagai pemakan singkong dalam diri Bapak CT.  setidaknya seperti itu rangkuman buku inspiratif Si Anak Singkong itu.

Sama halnya dengan Ayah dan ibu kami waktu itu, menabung untuk membeli alat usaha berupa mesin gergaji dan mesin jahit, berkat alat usaha itu pendapatan keluarga meningkat dan dapat memenuhi banyak kebutuhan hidup keluarga, termasuk salah satunya biaya pendidikan hingga kami bertiga mendapat gelar sarjana.  Alat kerja merupakan investasi yang diperjuangkan ibu waktu itu kemudian menjalar pada pengadaan peralatan lainnya untuk mengembangkan usaha ayah.

Tokoh tokoh besar dunia yang menggeluti bisnisnya dari nol tidak pernah lepas dari pola umum para pengusaha yaitu mengumpulkan receh demi receh untuk dijadikan modal.  salah satu di antaranya yaitu Warren Buffet yang pernah mengalahkan kekayaan Bill Gates dalam mengumpulkan pundi pundi uangnya, beliau sangat jeli mengelola uangnya, mulai dari mendapatkan uang, membelanjakan, menentukan arah uang untuk diinvestasikan, dan masa depan keuntungan dari usahanya kelak.  Beliau rela hidup di rumah tua yang dibelinya puluhan tahun lalu hanya untuk mendapatkan efek penghematan dari konsumsinya, rela hanya memiliki sebuah pesawat jet yang jarang dipakainya dan sebuah kapal pesiar mewah yang sebenarnya ia mampu membeli sebanyak mungkin untuk menyenangkan dirinya, tetapi tampaknya kesenangan seorang Warren Buffet bukan pada saat berfoya foya, kesenangannya adalah saat berhemat dan mengembangkan uangnya. 

Kemasyhuran akan kekayaan tidak lantas dapat dikatakan bahwa Seorang Warren Buffet adalah tokoh paling pelit di seluruh dunia.  Jangan salah, di sisi lain seorang Warren Buffet dikenal sebagai penghambur uang nomor 1 dunia sepanjang sejarah, penghamburan uang yang dilakukannya yakni melalui kegiatan filantropi yang pernah mendapat penghargaan bergengsi dari presiden Barrack Obama karena rela melepaskan 80% uangnya untuk kegiatan amal.

Aktifitas filantropi orang orang kaya dunia sepertinya tahu betul permasalahan kemiskinan masyarakat  dunia karena pernah merasakan sebelumnya, kemiskinan masyarakat yang diperparah jika negara tidak hadir dalam mengentaskannya.  Bill Gates dan Warren Buffet bekerja sama untuk membantu masyarakat dunia karena mereka tahu betul arti penting menabung bagi masyarakat terutama masyarakat ekonomi kelas bawah, demi memotivasi masyarakat untuk menabung mereka menyediakan dana besar di yayasan amalnya untuk mendampingi masyarakat ekonomi lemah dalam menabung.

Melirik cara cara hidup orang sukses nasional dan dunia dari beberapa tokoh tersebut seolah-olah mengajarkan kita bahwa menjadi sukses itu sangatlah mudah karena kebanyakan anjurannya hanya melalui menabung.  Siapa yang menabung tentu akan sukses, kira kira seperti itu motivasi orang sukses kepada orang yang belum sukses, mengait dengan sifat filantropi Warren Buffet di atas bahwa sumbang amal merupakan bagian dari sukses itu sendiri, maka mungkin masih banyak lagi yang belum tersingkap rahasia rahasia orang sukses yang cenderung bertentangan dengan pengumpulan receh dalam pundi.  Pelajaran dari orang kaya dunia juga dapat dinyatakan bahwa ternyata sukses itu bukan hanya dengan menabung, tetapi beramal juga dapat mendatangkan kesuksesan.

Kembali kepada keluarga saya diatas, bahwa ayah dan ibu tidak mengumpulkan uang yang begitu banyak dalam usahanya seperti tokoh tokoh kaya raya dalam cerita itu mulai dari Bapak CT, Bill Gates dan Warren Buffet, tetapi penghasilan yang didapat Ayah dan Ibu telah cukup untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan keluarga dan memenuhi kepuasan batin saat melihat kami anak-anaknya dapat bertumbuh melalui cara cara yang sesuai dengan adat istiadat ketimuran sebagai orang Indonesia.  Kotak kayu sarat nilai itu adalah metodenya, yang menembuskan cahaya-cahaya kehidupan di balik dinding hati kami.

Filosofi kotak kayu sangat luas dimensinya, ada mufakat yang ditekankan terlebih dahulu dalam setiap keputusan bersama, ada kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan, ada saling mengingatkan antar sesama, ada tahapan dalam penentuan tujuan tujuan prioritas, ada penghargaan untuk setiap usulan walaupun kami masih kecil saat itu, ada ajaran tata krama dalam menghormati orang tua,   ada logika pertumbuhan yang kami resapi, ada proses yang mesti dihargai, dan uniknya ada keajaiban ala lampu Aladdin ketika keinginan kami terpenuhi.

Tradisi menabung di celengan terus berlanjut di keluarga kami hingga sekarang, kakak saya yang sulung telah memiliki dua orang anak dan menerapkan tradisi celengan di keluarga kecilnya, begitu pula dengan kakak kedua saya telah menerapkan kebijaksanaan yang diajarkan ayah dan ibu dalam bisnis dan kehidupannya yang dikemas berbeda namun serupa, dan saya sendiri masih berkutat dengan kuliah magister didukung dana dari kumpulan tabungan selama ini.

Sepanggal kisah yang menurut saya sangat inspiratif, dari kotak kayu buatan tangan seorang ayah dapat membangkitkan karakter lengkap dalam diri anak yang menjadi pandu dalam menghadapi kesukaran hidup di masa depan, Kotak kayu itu bukan sekedar benda berbentuk kubus dan bunyi gemericik saat koin masuk di dalamnya, kotak kayu adalah kotak cita-cita. Terima kasih Ayah dan Ibu.

Dipersembahkan untuk hari ayah 12 november 2014 nanti

Yogyakarta, 20 September 2014

4 komentar:

  1. Sungguh beruntung Mas Erwan memiliki orangtua yang memahami bagaimana membangun karakter baik pada anak-anaknya. Tulisannya inspiratif, cara bertuturnya mengalir indah. Keren, sekeren tulisan tahun lalu. Semoga sukses..

    BalasHapus
  2. terimakasih mbak ety.... salam kenal

    BalasHapus