Mencari
model baru perlindungan kesehatan keluarga di Indonesia.
Sharing ideas on how to be wealthy, healthy, and happy.
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
Sharing ideas on how to be wealthy, healthy, and happy.
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
- See more at: file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
Nama beliau Ti’no,
tepatnya Nenek Ti’no, tinggal di Desa Ara Kabupaten Bulukumba Sulawesi
Selatan. Sejak 15 tahun yang lalu saya
tidak pernah lagi berjumpa dengan beliau yang kini telah berumur sekitar 100 tahun, namun beliau masih sehat
wal’afiat. Beliau memiliki tiga orang
putra dan dua orang putri, membesarkan
anak-anaknya sendiri sebagai orang tua tunggal setelah ditinggal terlebih
dahulu oleh sang suami menghadap sang Ilahi, memang menjadi tugas berat yang
harus diembannya. Suaminya meninggal disaat anak-anak mereka masih kecil,
tugas membesarkan anak dijalaninya dengan hati yang lapang dan tak
pernah putus asa. Beliau adalah Ibu
dari Bapak kandung saya, alias Nenek saya.
Sendiri membesarkan
anak berjumlah 5 orang tentulah tidak mudah,
terlebih sang suami belum sempat mewariskan tanah dan lahan untuk
berusaha. Segala daya upaya dilakukan
dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang
berguna. Namun bagaimana melaksanakan
peran itu dalam keterbatasan ekonomi ,
hingga beliau dan anak-anaknya mampu bertahan hidup hingga sekarang, Bahkan
umur beliau dianggap sebagai umur yang tak lazim bagi kebanyakan orang.
Angka Harapan hidup
dicirikan dengan umur yang panjang, dan ini menjadi keinginan setiap orang.
Setiap orang rela berkorban apa saja untuk dapat menikmati umur panjang. Banyak peneliti diberbagai negara berusaha
mengetahui dan mempelajari berbagai macam kebiasaan orang-orang yang berumur
panjang. Rahasia rahasia umur panjang banyak dimuat berbagai artikel artikel untuk
dibaca oleh setiap orang, namun apakah itu telah membuat setiap orang berumur
panjang?.
Kembali lagi pada
cerita nenek saya, bahwa satu hal yang sangat beliau perhatikan dalam membina
keluarga adalah menyangkut kesehatan.
Kesehatan menurut beliau sangatlah penting dalam menjalani hari-hari
sebagai seorang ibu sekaligus sebagai seorang ayah. Anak-anak beliau juga selalu dipastikan dalam
keadaan sehat, mereka ditanamkan pengertian tentang pengelolaan kesehatan agar
tidak terserang penyakit yang dapat merepotkan kondisi keuangan keluarga.
Kesehatan menurut
beliau tergantung bagaimana cara melindunginya,
perlindungan kesehatan tentunya memiliki sistem. Beliau sering mengajarkan cuci tangan sebelum
makan, cuci tangan setelah dari kamar kecil, membuka jendela rumah dan jendela
kamar setiap hari, mengatur sistem pembuangan keluarga agar tidak dihinggapi
serangga karena membusuk, menjaga kebersihan dapur, membersihkan tempat tidur
sebelum tidur, dan masih banyak lagi tips tips kesehatan yang diterapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. bahkan
lebih mendetail beliau ungkapkan perbedaan cara mencuci sehabis buang air besar
bagi perempuan dan laki-laki, ini agar
tidak terkena penyakit perut menurut beliau.
Sejak mengenyam bangku sekolah dasar saya diajarkan oleh guru bahwa manusia senantiasa
memproduksi zat ekskresi yang disenangi oleh kuman penyakit, kemudian untuk
membersihkannya pun manusia menggunakan air yang jika dibuang pada sistem yang
tidak tertutup akan mengundang kuman penyakit berkembang digenangannya, sampah
yang diproduksi keluarga juga merupakan sarang-sarang kuman penyakit yang
berbahaya. Ketika saya bacakan hal itu kepada nenek saya sepulang sekolah beliau mengungkapkan bahwa itulah prinsip beliau dalam
mengelola kesehatan yaitu dengan mengelola kebersihan. Bersih pangkal sehat pungkas beliau jika
dahulu kami sering menyapanya ketika lagi menyapu.
Namun tidak
selamanya sistem kebersihan yang dibangun selalu dalam keadaan yang
diharapkan, terkadang beberapa waktu
terjadi kealpaan untuk membersihkan sisa sisa bermain anak-anak, lalu mereka lupa mencuci tangan, sehingga
mereka sakit. Namun mereka dalam
komunitasnya memiliki kebun obat-obatan yang dapat menangani beberapa penyakit
yang tidak terlalu berbahaya, kebun itu dirawat oleh seorang tabib.
Jika anak demam mereka memiliki “ tanaman pace” untuk ditumbuk dan
ditaruh dikening si anak, keesokan harinya si anak sembuh.
Melihat apa yang
dilakukan oleh nenek saya tersebut, walaupun tidak dijelaskan secara sistematis
saya dapat mengetahui bahwa dalam melindungi kesehatan keluarga beliau memiliki
benteng perlindungan 3 lapis. Lapis
pertama merupakan benteng untuk menangkal serangan penyakit melalui lapisan
paling luar yaitu melalui budaya hidup bersih. Lapis ini yang contohnya cuci
tangan sebelum makan, kemudian membuka jendela setiap hari, membersihkan tempat
tidur, mandi dua kali sehari. Dari ketiga lapisan perlindungan ini, lapisan
pertama adalah yang paling murah biayanya.
Lapis kedua
merupakan benteng bertindak segera ketika ada penyakit yang menghampiri, lapis
ini bisa juga disebut peringatan dini. Tanaman obat keluarga menjadi solusi
pertama untuk menangani masalah yang muncul pada lapisan ini, kemudian
mengupayakan melakukan evaluasi pada benteng lapisan pertama. Biaya
perlindungan yang digunakan pada lapisan kedua lebih banyak dibanding lapisan
pertama dan lebih sedikit dibanding lapisan ketiga.
Lapis ketiga
merupakan lapisan perlawanan habis-habisan.
Dimana seluruh kekuatan dikerahkan untuk melawan penyakit yang telah
menjangkiti. Pada lapisan ini, perlu
evaluasi menyeluruh pada benteng lapisan pertama dan kedua agar tidak
menyebabkan penyakit yang sama pada anggota keluarga yang lain. Penanganan pada benteng pertahanan terakhir
membutuhkan biaya yang tidak sedikit jika telah berhasil ditembus oleh penyakit
yang mengganggu kesehatan keluarga.
Belakangan ini
sistem perlindungan kesehatan keluarga telah banyak ditawarkan oleh
lembaga-lembaga asuransi kesehatan keluarga. Namun sebagai koreksi saya, pelaksanaan sistem
perlindungan keluarga yang ditawarkan oleh lembaga-lembaga asuransi cenderung
menitik beratkan pada benteng pertahanan ketiga dalam uraian saya diatas. Hal ini tentunya tidak mendidik masyarakat
mengenai cara-cara hidup sehat.
Sebaiknya sebuah
lembaga perlindungan kesehatan keluarga, senantiasa melindungi kesehatan
keluarga mulai dari benteng lapis pertama,
cara-cara yang sederhana dapat ditempuh berupa penerbitan tips-tips
hidup bersih dan sehat, pengaturan diet, penggunaan benda-benda yang aman dalam
bekerja, permainan yang aman bagi bayi, balita dan anak-anak, cara menghindari
narkoba pada remaja dan dewasa, cara mencegah HIV/AIDS, teknik teknik berolahraga yang aman, dan lain
sebagainya. Jalan ini akan mendidik
masyarakat untuk hidup sehat, ketimbang konsumtif dalam membeli jasa dokter dan
obat-obatan.
Untuk benteng
lapisan kedua dapat berupa informasi pemanfaatan tanaman obat keluarga dimana
setiap keluarga menjadi dokter herbal bagi dirinya sendiri, pengenalan jenis
obat-obatan kimia, cara menggunakan kotak P3K, menghentikan kebiasaan buruk
seperti merokok, membebaskan diri dari minum minuman keras. Ini semua mesti disampaikan oleh lembaga
Perlindungan kesehatan keluarga.
Semua informasi
diatas tentunya menggunakan kekuatan media sebagai penyampainya, baik itu
berkala maupun harian, baik itu tertulis ataupun terdengar, melalui website,
melalui SMS, melalui selebaran, melalui vidoe di situs Youtube, atau melalui
apapun yang dapat dianggap cerewet dalam menasehati pesertanya tentang benteng
pertahanan lapis pertama dan kedua. cerewet seperti nenek saya untuk selalu cuci tangan.
Keluhan-keluhan jika
terjadi gangguan lapis pertama segera dilaporkan kepada lembaga perlindungan
kesehatan keluarga, begitu pula dengan pada benteng lapis kedua. Ini agar jejak rekam kebersihan dapat
dievaluasi oleh keluarga itu sendiri dengan bantuan lembaga perlindungan
sebagai pengarahnya. Saya rasa yang
berperan pada benteng lapis pertama dan kedua adalah para teknisi lingkungan,
atau penggiat kesehatan masyarakat.
Mungkin timbul
pertanyaan bagaimana keberlanjutan penjualan jasa jika semua masyarakat telah
mengetahui cara hidup sehat mulai dari benteng lapis pertama hingga benteng
lapis kedua? Terlebih era digital sekarang ini memberikan semua informasi yang
dibutuhkan tentang tips-tips kesehatan.
Bukankah dengan sistem perlindungan yang selama ini berlangsung telah
cukup baik melindungi kesehatan keluarga para peserta? Nah ini yang menjadi
persoalan jika perusahaan hanya mau mengambil gampangnya saja tetapi tidak
berpartisipasi dalam mencerdaskan masyarakat tentang kesehatan keluarga.
Sebenarnya dengan
masyarakat yang telah cerdas akan senantiasa mengevaluasi pengetahuannya
tentang kesehatan keluarga ketika mereka telah mengetahui manfaat dari
kesehatan yang mereka rasakan melalui tips-tips kesehatan yang telah mereka
terapkan, mereka senantiasa menunggu
nunggu terbitan terbaru bulletin kesehatan yang disebarkan oleh perusahaan
setiap berkalanya, atau malah menunggu nunggu sms terbaru tentang acara malam
minggu keluarga yang sehat tanpa koleterol yang berlebihan. Lalu dimana ruginya?
Efisiensi yang
didapatkan akan jauh lebih besar ketimbang klaim yang diajukan setiap
tahunnya, kita dapat bayangkan dengan
kesehatan para peserta yang membaik akan menurunkan angka klaim secara signifikan
dan menurunkan jumlah klaim setiap tahunnya.
Anggaplah biaya pembuatan media merupakan kompensasi dari berkurangnya
klaim. Kita tahu sendiri kan bahwa
kompensasi itu jumlahnya selalu lebih sedikit dibandingkan apa yang telah
diambil. (hehe... kompensasi BBM biasanya begitu).
Di Indonesia
terdapat sebuah lembaga asuransi yang terpercaya bernama Sun Life. Saya pernah menjadi anggota pada waktu itu
tetapi karena saya sering pindah tempat tinggal saya tidak mengetahui nasib
keanggotaan saya. Saya rasa Sun Life
mampu menerapkan apa yang menjadi inspirasi cerita nenek saya diatas. Sun Life adalah lembaga yang bonafit yang
berani melakukan perubahan sepanjang itu untuk kebaikan masyarakat dan tidak
merugikan lembaganya sendiri.
Sebagai kesimpulan,
Industri Perlindungan kesehatan keluarga haruslah terus dikembangkan agar lebih
sempurna dalam memberikan pelayanan kepada pesertanya. Gambaran kisah nenek saya diatas setidaknya
menjadi inspirasi bagi kita bersama dalam membangun sistem perlindungan
kesehatan keluarga yang lebih baik ditanah air yang penekanannya pada menikmati
kesehatan sepanjang masa dan bukan menikmati kenyamanan fasilitas kesehatan
sepanjang masa.
"tag: SUN LIFE, PERLINDUNGAN KESEHATAN, ASURANSI KESEHATAN KELUARGA"
SUN
LIFE, PERLINDUNGAN KESEHATAN, ASURANSI KESEHATAN KELUARGA. - See more
at:
file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
SUN
LIFE, PERLINDUNGAN KESEHATAN, ASURANSI KESEHATAN KELUARGA. - See more
at:
file:///E:/sunlife/Kompetisi%20Menulis%20dan%20Foto%20Jurnalis%20serta%20Kompetisi%20Menulis%20Blogger%20Sun%20Life%202013%20_%20Brighter%20Life%20Indonesia.htm#sthash.POxJIGOd.dpuf
Wuah selamat yah menjadi sang jawara
BalasHapusArtikelnya memang keren
terimakasih...
Hapusok. thanks ya......
BalasHapusSelamat ya Menang juara 1 :) salam kenal
BalasHapussalam kenal. terimakasih
Hapustrimakasih.... salam kenal kembali
BalasHapusWaah dari Sul Sel ki' pale' ? Selamat ya sudah mendapst juara 1. Salam kenal :)
BalasHapusiye... salam kenal kembali
Hapusterima kasih gan infonya,
BalasHapussangat bermanfaat untuk kesehatan kita,,,
Tips Kesehatan dan Kecantikan
terimakasih... salam kenal
Hapussalam....
BalasHapusWah trimakasih mas infonya senang bisa berkunjung dan kenal dengan blogger lain salam
BalasHapushttp://imronfhatoni.blogspot.co.id
Terima kasih kembali mas... Setelah membaca kembali ternyata artikel ini belum sesuai dgn pnyusunan paragraf yg ideal. Hehehe maklum pas dibuat dulu blum banyak belajar
HapusTau samawa lampa... Hahaha
HapusTulisannya sederhana tapi sarat makna. Sangat menginspirasi... selamat...
BalasHapusTrimakasih kembali mas aan
Hapus